Achmad Purnomo Ditawari Jabatan Jokowi, Jansen Sitindaon: Tidak Etis Istana Dijadikan 'Posko Kemenangan'

Achmad Purnomo Ditawari Jabatan Jokowi, Jansen Sitindaon: Tidak Etis Istana Dijadikan 'Posko Kemenangan'

Kabar Achmad Purnomo diminta mundur untuk memuluskan jalan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi Wali Kota Solo menjadi buah bibir.

Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon pun meminta Presiden Jokowi mengklarifikasi pernyataan Achmad Purnomo yang mengaku ditawari jabatan, agar mundur dari pencalonan Wali Kota Solo.

“Baiknya ini segera diklarifikasi jika tidak benar. Krn berita ini udah kemana². Vulgar sekali. Udah mirip seperti “uang mundur” di proyek aja ini namanya. Memakai istana lagi sebagai lokasinya,” kata Jansen melalui akun Twitter-nya @jansen_jsp, Sabtu (18/7) kemarin.

Jansen berharap Jokowi tidak melakukan hal serupa di Pilkada Medan. Di mana menantu Jokowi, Bobby Afif Nasution atau Bobby Nasution maju sebagai calon wali kota Medan.

“Apa pilkada Medan kampung saya juga begini? Kita lihat aja,” tambah Jansen.

Menurut Jansen, keluarga presiden sah-sah maju di pilkada. Namun tidak etis apabila Istana dipakai sebagai ‘posko pemenangan’. “Mau maju ya silahkan aja. Tapi, tak usahlah rasanya istana dipakai jadi “posko pemenangan” pilkada. Krn pendapa Gubernur akan ikutan, pendapa Bupati dll. Krn contoh itu mengalir dari atas. Salam,” tambah Jansen.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo mengaku mendapat tawaran jabatan dari Presiden Jokowi sebagai timbal balik karena putranya, Gibran Rakabuming Raka, mendapat rekomendasi PDIP di Pilwalkot Solo 2020. Namun Purnomo menyatakan menolaknya.

“Ya ada (tawaran timbal balik), tapi bagi saya ndak perlu,” ungkap Purnomo, seperti dilansir detikcom, Jumat (17/7) lalu.

Tawaran tersebut disampaikan saat Purnomo dipanggil Jokowi ke Istana, Kamis (16/7). Namun, dia tak bersedia menjawab apa penawaran Jokowi. Purnomo hanya memastikan tawaran tersebut berupa jabatan, tapi bukan posisi menteri.

“Ya rahasia no. Ada, tapi saya ndak bersedia. Iya (jabatan). Nggak (posisi menteri), nggak setinggi itu,” sebut Purnomo.

Ditanya apakah legawa karena tak jadi maju sebagai calon Wali Kota Solo dari PDIP karena digantikan Gibran, Purnomo tak menjawab pasti. Ia menyatakan hal tersebut sebuah realitas yang harus diterima.

“Ya kalau saya diberi tahu seperti itu saya terima apa adanya. Kenyataannya tidak bisa saya hindari. Ya nuwun sewu (mohon maaf), terus terang, kan semuanya terpengaruh dengan putra presiden, mana saya bisa menang,” jelas Purnomo.

“Bukan soal legawa atau tidak, itu kenyataan, realita. Saya kan tidak mencalonkan diri tapi dicalonkan (sebagai bakal cawalkot Solo), diberi tugas oleh PDIP Surakarta. Kemudian anak presiden masuk. Itu kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Bukan soal legawa, realitanya begitu,” tandas Purnomo.(one/pojoksatu/zul)

Sumber: