Reshuffle Hanya Gimmick Politik? Ujang Komarudin: Sebaiknya Istana Tidak Boleh Banyak Retorika

Reshuffle Hanya Gimmick Politik? Ujang Komarudin: Sebaiknya Istana  Tidak Boleh Banyak Retorika

Publik sangat menanti-nanti realisasi ancaman reshuffle kabinet yang diungkapkan Presiden Joko Widodo saat sidang kabinet, Kamis (18/6) lalu. Karenanya, hanya akan berujung gimmick politik, apabila hal itu tidak dilakukan sama sekali.

Apalagi, ancaman itu disampaikan langsung kepala negara sambil marah-marah, karena kecewa dengan kinerja para menterinya dalam menangani pandemik covid-19.

"Soal reshuffle atau tidak itu tergantung Jokowi, karena dia yang punya otoritas. Namun catatan saya, jika tak ada reshuffle, rakyat makin tak akan percaya lagi pada Jokowi. Karena sudah marah-marah lalu mengancam reshuffle, dan ternyata reshuffle tak ada," kata pengamat politik, Ujang Komarudin, Rabu (8/7).

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, jika Jokowi urung melakukan reshuffle kabinet, maka akan ada respon balik dari masyarakat.

"Itu akan ada back fire dari rakyat ke Jokowi. Masak iya, banyak kinerja menteri yang jeblok, tapi tak ada reshuffle," tutur Ujang Komarudin saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL.

Di sisi lain, Ujang Komarudin juga menilai inkonsistensi dari pihak Istana, terkait ancaman reshuffle kabinet yang keluar dari mulut orang nomor satu di Indonesia. Ini lantaran Mensesneg Pratikno sempat menyatakan tidak ada reshuffle kabinet, karena kinerja menteri dianggap sudah membaik.

"Masak iya, hanya dalam hitungan hari kinerja menteri sudah membaik?" ucap Ujang Komarudin lagi.

Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia mengungkapkan, sebaiknya Istana tidak boleh banyak retorik. Jika akan ada reshuffle segera lakukan. "Jika tidak, ya tak apa-apa. Toh nanti rakya yang akan menilai pemerintah. Apakah marah-marahnya Jokowi tersebut gimmick dan retorik atau benar? Hanya waktu yang akan bisa menjawab," tutup Ujang Komarudin. (rmol/zul)

 

Sumber: