Nadiem Makarim Sebut Bisa Permanenkan Pembelajaran Jarak Jauh, Siapkah Anak Kita?

Nadiem Makarim Sebut Bisa Permanenkan Pembelajaran Jarak Jauh, Siapkah Anak Kita?

Berdasarkan penilaian Kemendikbud, kegiatan belajar-mengajar dengan memanfaatkan teknologi akan menjadi hal yang mendasar. Karenanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menganggap pembelajaran jarak jauh setelah pandemi Covid-19 selesai bisa diterapkan secara permanen.

Nadiem menyebutkan, pemanfaatan teknologi memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar. 

"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, seperti dikutip dari berbagai sumber, Kamis (3/7/) kemarin. 

Namun, jika melihat fakta di lapangan, mungkinkah pembelajaran jarak jauh diterapkan permanen?  

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema menilai, maksud pernyataan Nadiem adalah pembelajaran jarak jauh sebagai bagian dari proses pembelajaran. 

"Baik yang sifatnya penuh, maupun hybrid, model daring dan luring. Kalau untuk yang pembelajaran jarak jauh penuh, saya rasa belum siap," kata Doni, Jumat (3/7). 

Jika model pembelajaran jarak jauh tersebut diterapkan, lanjut Doni, hanya ada sebagian satuan pendidikan yang khusus untuk hal itu. Menurut Doni, untuk model pembelajaran jarak jauh dan tatap muka atau blended learning, masih memungkinkan untuk dilaksanakan. 

"Kalau untuk pembelajaran jarak jauh permanen, saya rasa harus ada penelitiannya dulu. Karena saat ini pembelajaran jarak jauh masih mempersyaratkan pertemuan tatap muka dengan tutor, terutama di sekolah terbuka. Namun ini bukan kondisi ideal," ujar Doni.

Ia mengatakan, perlu kajian akademis yang berbasis riset untuk melihat tujuan dan sasarannya sebelum penerapan pembelajaran jarak jauh. Sekolah dan guru, lanjut Doni, harus diberdayakan dalam mengembangkan manajemen halaman pembelajaran di sekolah mereka masing-masing.

 "Bukan dengan langganan platform daring berbayar," kata Doni. 

Alasannya, orientasi pembelajaran yang dikembangkan UNESCO mengarah pada kemandirian guru dan sekolah dalam memanfaatkan teknologi. Oleh sebab itu, guru harus mendesain sendiri pembelajarannya.

 "Kalau masing-masing sekolah memiliki platform yang mereka kembangkan, platform ini bisa dishare ke sekolah lain sehingga alternatif pembelajaran semakin banyak," kata Doni.

Doni berpendapat, hingga saat ini, pembelajaran dengan metode tatap muka lebih efektif dan efisien. Berdasarkan riset di AS, kata dia, mahasiswa di Negeri Paman Sam tersebut tidak terlalu menyukai pembelajaran jarak jauh. Para mahasiswa ingin kembali ke kampus mereka karena menginginkan proses pendidikan berlangsung dengan tatap muka. 

"Karena sebenarnya pendidikan itu jarak dekat, bukan jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh hanyalah alternatif belajar saat situasi normal belum bisa dilaksanakan. Kalau sudah normal, pendidikan itu akan efektif lewat perjumpaan langsung," kata Doni.

Sumber: