Presiden Jokowi Kena Hoax Lagi, Romo Beny: Etika Bermedsos Semakin Buruk
Kabar hoax atau berita bohong kembali menerpa Presiden Jokowi. Fitnah yang menerpa kali ini, Orang Nomor Satu di Tanah Air itu dikabarkan masuk ke masjid dengan memakai sepatu.
Gambar yang beredar di berbagai platform media sosial (medsos) itu menyebutkan Jokowi masih memakai sepatu saat masuk ke Masjid Baiturrahim di Kompleks Istana Kepresidenan. Disebutkan pula bahwa itu terjadi saat Jokowi meninjau persiapan new normal.
Saat itu, orang nomor satu itu didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Setelah diteluri, gambar yang beredar di berbagai platform media sosial itu adalah hoax alias berita bohong.
Bahkan, hal itu juga sudah dibantah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menyesalkan hal ini.
Menurutnya, maraknya berita hoax menunjukkan etika yang kian buruk dalam bermedia sosial.
“Marak berita hoaks dengan menggunakan rekayasa foto dan data berdasarkan informasi yang tidak tepat menunjukan etika media sosial semakin buruk,” kata Romo Benny kepada RMco.id, Minggu (7/6) kemarin.
Mestinya, lanjut Romo Benny, media sosial menjadi sarana memajukan nilai kemanusiaan dan mempererat persaudaraan. Serta sarana tumbuh kembangnya berbagi ide dan gagasan. Menggunakan media sosial harus mengedepan etika kepantasan publik.
Dalam menyampaikan pesan atau gagasan, juga harus berdasar fakta, data, serta informasi yang benar. Media sosial bukan malah digunakan untuk menebarkan narasi kebencian, apalagi merusakan persatuan.
“Mengembalikan kembali media sosial sebagai sarana memajukkan kemanusian bukan sebagai alat menghancurkan martabat kemanusian,” imbau Benny.
Dia yakin, penebar hoaks yang memicu peperpecahan tak mengamalkan Pancasila. Sebab, Pancasila mengajarkan persatuan bangsa dan tidak menerbakan virus kebencian yang berbau SARA.
“Insan yang mengamalkan Pancasila memiliki pengetahuan dan takut akan Tuhan. Sehingga menghindari penyebaran berita hoaks yang memicu perpecahan dan merusak persatuan,” pungkas rohaniwan Katolik ini. (RM/pojoksatu/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: