Diperpanjang atau tidak?

Diperpanjang atau tidak?

Oleh: Dahlan Iskan

MASYARAKAT terbelah. Di semua negara. Ada yang belah bambu. Ada yang belah ketupat.

Yang menginginkan PSBB diperpanjang umumnya tenaga kesehatan dan ilmuwan.

Orang mampu juga ingin PSBB diperpanjang. Diperpanjang satu tahun pun mereka tetap TTH --tabungan tidak habis.

Yang menginginkan tidak diperpanjang adalah yang ekonominya pas-pasan. Yang tidak punya uang --kalau hari itu tidak bekerja.

Di negara maju persoalan yang terakhir itu bisa diatasi dengan mudah: pemerintah memberi mereka uang. Yang di Amerika Rp 15 juta/bulan.

Para pengusaha juga pro diakhiri. Dengan PSBB usaha mereka macet.

Alasan tenaga medis jelas: rumah sakit akan kelelahan. Mereka tidak akan mampu menangani meledaknya penderita baru Covid-19.

Apakah PSBB selama ini berhasil?

Berhasil. Kalau targetnya hanya membuat penularan tidak gila-gilaan. Buktinya belum pernah ada penambahan penderita baru yang sampai ribuan orang/hari.

Tidak sampai seperti di Amerika --30.000 orang sehari. Selama lebih satu bulan. Sekarang pun --yang sudah dianggap reda-- masih sekitar 15.000/hari.

PSBB berhasil.

Kalau penambahan itu tetap sekitar 900 orang/hari. Dengan angka itu tenaga medis pun masih bisa dimampu-mampukan.

Rupanya pemerintah cukup puas dengan angka pertambahan seperti itu. Itulah sebabnya pelonggaran-pelonggaran dilakukan. Mal-mal dibuka.

Sumber: