Ketua DPRD Dorong Pemprov Jateng Prioritaskan Pembangunan Pertanian karena Alasan Ini
PERTANIAN - Ketua DPRD Jawa Tengah, Sumanto, dorong Pemprov memprioritaskan pembangunan pertanian Jateng.-istimewa-
Beberapa permasalahan yang ia soroti antara lain, penyediaan bibit unggul dan pupuk bersubsidi yang belum merata. Selain itu, pemanfaatan teknologi tepat guna dan inovasi pertanian belum maksimal.
"Masalah lain yang sering dihadapi di lapangan adalah minimnya pendampingan teknologi, biaya operasional yang membebani petani, serta harga jual komoditas pertanian yang belum stabil," ujar mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar tersebut.
Komponen Pembangunan Pertanian
Sumanto mengungkapkan, ada tiga komponen strategis yang harus pemerintah perkuat dalam pembangunan sektor pertanian. Yaitu petani, penyuluh pertanian, lembaga ekonomi pedesaan seperti koperasi, hingga lembaga keuangan mikro.
Masalah klasik lain yang masih dihadapi adalah maraknya alih fungsi lahan pertanian dan tak adanya regenerasi petani.
BACA JUGA:Pastikan Kesiapan Jalur Transportasi Jelang Nataru, Ketua DPRD Jateng Minta Pemprov Lakukan Ini
Sumanto menganggap alih fungsi lahan pertanian menjadi bagian dari perkembangan zaman yang sulit dihindari.
Meski begitu, ia berharap para petani tak mudah tergiur dengan pihak lain yang ingin membeli sawah dengan harga tinggi.
Sebab, meski mendapat uang banyak, ke depan para petani terancam tak dapat penghasilan karena sulit beralih ke pekerjaan lain.
"Kalau dapat warisan sawah jangan dijual meskipun ada iming-iming harga miliaran. Kalau dijual, warisannya akan habis. Dibelikan mobil baru, semakin lama nilainya menyusut," paparnya.
BACA JUGA:Hadiri Rapimpurda KNPI Jateng, Ketua DPRD Sumanto Sampaikan Pesan Ini
BACA JUGA:Jadi Narsum di Talkshow Soal Pemilu, Ketua DPRD Jateng Sumanto Bilang Begini
Regenerasi Petani
Sementara itu, regenerasi petani juga menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, anak muda enggan menjadi petani karena dianggap tak menguntungkan. Mereka lebih memilih bekerja atau merantau.
"Saya sering menggelar temu tani, disitu petani yang paling muda berusia 50 tahun. Ini berarti tidak ada regenerasi. Hal ini harus dicarikan solusi agar bertani menjadi pekerjaan yang menguntungkan sehingga anak muda tertarik," paparnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



