Mengenal Lebih Dekat Kue Moho khas Solo yang Langka di Pasaran
Ini dia asal usul dan sejarah singkat dari Kue Moho khas Solo, camilan yang mulai langka di pasaran.-(Ilustrasi foto: YouTube/Lik Slamet)-
Di Medan, variasi Moho disebut “mohong” dan cenderung menggunakan gula merah serta santan, menciptakan nuansa rasa yang lebih gurih dan lembut.
Proses Pembuatan Tradisional
Pembuatan Kue Moho umumnya dimulai malam hari, terutama jika menggunakan fermentasi tape sebagai ragi alami.
BACA JUGA:Telur Asin Bakar, Oleh-oleh Unik khas Brebes yang Tak Ada Duanya
BACA JUGA:Bukan Camilan, 2 Oleh-oleh khas Tegal Ini Justru Sarat Makna Budaya
Adonan tepung, tape, dan gula didiamkan hingga mengembang. Kemudian, dicetak dan dikukus hingga bagian atasnya merekah dengan sempurna menandai kue siap disantap.
Penjual tradisional di Solo kadang menghabiskan hingga 10 kg tepung demi menghasilkan banyak Kue Moho, dan jam jualannya biasanya dimulai pagi hari hingga siang.
Penyebaran Regional dan Status Kelangkaan
Kini, Kue Moho makin jarang ditemui. Di Solo, masih ada beberapa penjual di wilayah Keprabon dan Baluwarti, namun jumlahnya semakin terbatas. Di Solo, penggemar kue ini semakin sulit menemukan penjual yang menjajakan Moho.
Popularitasnya juga sempat mencuat di Jawa Tengah dan Medan, meski varian dan cara penyajian berbeda-beda berdasarkan daerah. Harga tradisional di Solo dibanderol sekitar Rp2000 per buah.
BACA JUGA:Cara Bikin Bawang Goreng Renyah, Oleh-oleh khas Brebes yang Wajib Anda Bawa Pulang
BACA JUGA:8 Oleh-oleh khas Pemalang yang Wajib Dibawa Pulang, Lezat dan Penuh Cita Rasa Tradisional
Nostalgia dan Relevansi Modern
Bagi generasi yang tumbuh di era dulu, Kue Moho khas Solo membawa kenangan masa kecil—seperti cita rasa yang kini sulit tergantikan oleh bolu modern.
Cookpad maupun resep daring lainnya menyebut kue ini cocok dinikmati hangat, dengan tekstur padat yang mengenyangkan dan cita rasa khas yang sulit dilupakan.
Meski trend jajanan kekinian terus bergulir, pelestarian ragam pangan tradisional seperti Kue Moho tetap penting—karena merupakan jembatan antara kuliner dan kultural di tengah arus modernisasi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



