Mengenal Lebih Dekat Kue Moho khas Solo yang Langka di Pasaran
Ini dia asal usul dan sejarah singkat dari Kue Moho khas Solo, camilan yang mulai langka di pasaran.-(Ilustrasi foto: YouTube/Lik Slamet)-
SOLO, radartegal.com - Di tengah gempuran tren kuliner modern yang silih berganti, ada satu kudapan tradisional yang diam-diam mulai menghilang dari etalase pasar, Kue Moho khas SOLO.
Kue Moho khas Solo bentuknya sederhana, namun menyimpan kisah panjang tentang persilangan budaya Tionghoa dan Jawa yang terjalin ratusan tahun silam.
Di Solo, kue ini menjadi camilan manis, dan menjadi salah satu bagian dari warisan kuliner yang sarat filosofi dan kenangan masa lalu.
Berikut Radartegal.com akan membahas sejarah singkat dari Kue Moho khas Solo yang mulai punah ini. Simak penjelasannya berikut ini.
BACA JUGA:Keunikan Oleh-oleh khas Cilacap, Sale Pisang yang Gurih dan Manis
BACA JUGA:10 Oleh-oleh Unik khas Semarang, Ini Rekomendasi Makanan dan Kerajinan Tradisional Terbaik
Kue Moho khas Solo
Asal Usul Budaya dan Filosofis
Kue Moho diyakini merupakan adaptasi dari kue Tionghoa bernama Fa Gao (Hwat Kwee), yang biasa hadir saat Imlek sebagai simbol rezeki dan kemakmuran.
Kata "Fa" berarti mekar atau berkembang, sementara "Gao" berarti kue sehingga makna keseluruhan merepresentasikan keberkahan yang melimpah.
Di Indonesia, kue ini berkembang melalui akulturasi budaya Tionghoa Jawa, khususnya di kota-kota seperti Solo, Semarang, dan Pati.
Dalam konteks Solo, kue ini bahkan dianggap sebagai simbol kerukunan antar etnis, dengan tradisi turun-temurun yang masih dijaga di kawasan Kampung Wirengan dan Keprabon Solo.
BACA JUGA:Jenang Jaket, Oleh-oleh khas Banyumas yang Manis dan Melekat di Lidah
BACA JUGA:8 Oleh-oleh khas Banyumas yang Wajib Dibawa Pulang, Dijamin Bikin Kangen
Ciri-ciri dan Bahan Pembuatannya
Secara visual, Kue Moho menyerupai bolu kukus klasik dengan puncak merekah sebuah unsur estetika penuh makna. Teksturnya lebih padat daripada bolu biasa, dengan rasa manis dan adakalanya aroma fermentasi tape.
Bahan utamanya meliputi tepung terigu, tape (sering kali berasal dari fermentasi ketan atau singkong), gula pasir, ragi (alami dari tape atau ragi instan), dan pewarna biasanya merah atau merah muda, yang melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


