Mitos Lempar Celana Dalam ke Atap Bisa Hentikan Hujan
Mitos Melempar Celana Dalam ke Atap Rumah--
Radartegal.com - Di berbagai daerah di Indonesia, masyarakat memiliki cara-cara unik dan penuh makna untuk berinteraksi dengan alam. Salah satu mitos yang cukup nyeleneh namun masih kerap terdengar hingga kini adalah melempar celana dalam ke atap rumah untuk menghentikan hujan.
Meskipun terdengar lucu dan tidak masuk akal, mitos melempar celana dalam telah diwariskan secara turun-temurun dan dipercaya memiliki kekuatan untuk “mengusir” hujan. Terutama ketika ada acara penting yang dilakukan di rumah, seperti hajatan atau tasyakuran.
Konon, asal muasal mitos melempar celana dalam ini bermula dari keyakinan bahwa hujan adalah fenomena alam yang tidak hanya diatur oleh cuaca, tapi juga oleh makhluk halus atau kekuatan gaib. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dan beberapa wilayah lain di Indonesia, alam memiliki kesadaran dan bisa “terganggu” oleh tindakan manusia yang tidak biasa.
Maka dari itu, melempar celana dalam — terutama milik perempuan yang sudah menikah ke atas atap rumah dipercaya bisa membuat hujan “malu” dan memilih untuk pergi. Lantas, apakah benar mitos melempar celana dalam ini memang ampuh menghentikan hujan? Temukan penjelasan selengkapnya dalam artikel Radartegal berikut ini.
BACA JUGA:Mitos Ratu Air di Sungai Brantas yang Konon Memakan Korban
BACA JUGA:Terungkap! Ini 5 Mitos Paling Melegenda di Gunung Salak Jawa Barat
Mitos Melempar Celana Dalam ke Atap Rumah
Menurut cerita warga tua di desa-desa Jawa Tengah dan Jawa Timur, ritual ini biasanya dilakukan diam-diam oleh anggota keluarga perempuan.
Saat awan mulai gelap dan hujan turun pelan-pelan menjelang acara, seseorang akan mengambil celana dalam bersih, lalu melemparkannya ke atas genteng rumah sambil mengucapkan harapan dalam hati agar hujan segera reda. Tidak jarang pula, ada yang mengombinasikan ritual ini dengan memutar sapu atau menancapkan pisau di halaman rumah sebagai simbol “memotong hujan”.
Lucunya, mitos ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat hingga kini, meskipun dengan nada bercanda. Bahkan di perkotaan, tak sedikit orang yang menyebut-nyebut ritual ini ketika hujan mengguyur saat acara pernikahan atau sunatan.
Kalimat seperti, “Cepat, lempar kolor ke atap!” sering kali muncul sebagai bentuk keisengan, namun tak jarang benar-benar dilakukan secara diam-diam. Apakah ini benar-benar berhasil? Tentu belum ada penjelasan ilmiah yang bisa membuktikannya.
BACA JUGA:Mitos Pohon Randu Jajar di Pemalang, Rumah Para Makhluk Halus
BACA JUGA:Alas Roban dan Mitos Keangkerannya yang Legendaris
Hujan tetaplah fenomena meteorologis yang dipengaruhi oleh kelembaban udara, tekanan atmosfer, dan angin. Namun, dalam konteks budaya, mitos ini berfungsi sebagai bentuk ekspresi harapan dan kepanikan masyarakat terhadap cuaca yang tidak bisa mereka kendalikan.
Bagi sebagian orang, mitos ini hanyalah hiburan atau lelucon lokal. Tapi bagi yang percaya, ritual ini merupakan bagian dari tradisi yang dihormati.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



