Mitos dan Kepercayaan Unik Warga Desa tentang Gerhana Bulan

Mitos dan Kepercayaan Unik Warga Desa tentang Gerhana Bulan

BULAN - Berbagai mitos gerhana bulan yang berkembang di desa memang sangat beragam dan kaya akan nilai budaya.-freepik/radartegal.disway.id-

Mitos seperti ini juga pernah dicatat dalam penelitian antropologi budaya Jawa oleh Koentjaraningrat, yang menekankan pentingnya ritual sebagai bentuk interaksi masyarakat dengan alam dan kekuatan gaib (Koentjaraningrat, 1985).

2. Gerhana Bulan Membawa Sial dan Malapetaka

Selain mitos tentang Batara Kala, gerhana bulan juga dianggap sebagai pertanda buruk atau sial.

Warga desa percaya bahwa setelah gerhana, berbagai musibah dapat menimpa, seperti kematian mendadak pada hewan ternak ayam, bebek, dan lain-lain serta kegagalan panen bagi para petani.

BACA JUGA: Mitos di Gunung Sagara yang Ceritanya Dipercaya Masyarakat, Konon Ada Pintu Neraka?

BACA JUGA: Mitos Jalan Pantura Jawa yang Ceritanya Sering Terdengar di Masyarakat, Pengguna Jalan Harus Hati-hati

Keyakinan ini terutama kuat apabila gerhana terjadi pada tahun “duda,” istilah kalender Jawa yang menandai waktu tertentu dianggap kurang menguntungkan.

Misalnya, di beberapa desa di Jawa Tengah, kepercayaan ini membuat petani melakukan berbagai ritual untuk menghindari dampak buruk pada hasil panen mereka.

Fenomena psikologis ini pun mendapat perhatian dari ahli sosiologi yang menyebut bahwa mitos seperti ini berperan sebagai mekanisme sosial untuk memperkuat solidaritas komunitas dan menciptakan aturan tidak tertulis agar masyarakat tetap waspada terhadap perubahan alam (Geertz, 1973).

3. Larangan untuk Ibu Hamil Saat Gerhana

Salah satu kepercayaan paling sensitif dan berpengaruh adalah larangan bagi ibu hamil untuk keluar rumah saat gerhana bulan berlangsung.

BACA JUGA: Seram! Inilah Penjelasan Mitos Buka Payung di Dalam Rumah Bisa Bawa Malapetaka

BACA JUGA: Mitos atau Fakta? Ini Dampak Mengerikan di Balik Kebiasaan Duduk Lama, Otak Bisa Menyusut

Mitos ini menyatakan bahwa jika ibu hamil terlihat di luar rumah saat gerhana, janin yang dikandung bisa mengalami gangguan, mulai dari cacat lahir hingga keguguran.

Bahkan, ada tradisi penggunaan peniti yang ditancapkan di perut ibu hamil sebagai bentuk perlindungan terhadap pengaruh buruk gerhana.

Kepercayaan ini menimbulkan kewaspadaan dan perhatian ekstra terhadap keselamatan ibu dan janin selama fenomena alam tersebut berlangsung.

Menurut penelitian oleh Lestari dalam jurnal etnografi kesehatan di wilayah pedesaan Jawa, kepercayaan semacam ini meskipun tidak ilmiah, memiliki efek positif dalam meningkatkan kewaspadaan ibu hamil terhadap keselamatan dan kesehatan, terutama di lingkungan dengan akses kesehatan terbatas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: