Radartegal.com - Jawa Tengah, jantung budaya Jawa, menyimpan lebih dari sekadar keraton dan candi. Di balik kesibukan kota-kadonya, tersebar desa-desa yang menjadi penjaga nyala warisan leluhur, tempat dimana Tradisi yang jarang diketahui di Jateng masih hidup dan dipraktikkan dengan khidmat.
Kekayaan budaya ini tidak hanya menjadi pemandangan sehari-hari, tetapi merupakan jiwa dari komunitas masyarakatnya. Setiap Tradisi yang jarang diketahui di Jateng ini lahir dari nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta yang telah dijalin berabad-abad.
Ragamnya sangat menakjubkan, mulai dari ritual syukur atas panen berlimpah hingga upacara untuk memohon keselamatan dari laut. Meski kerap luput dari perhatian wisatawan umum, Tradisi yang jarang diketahui di Jateng justru menawarkan kedalaman makna filosofis dan pengalaman budaya yang otentik bagi siapa pun yang berkesempatan menyaksikannya.
Melalui tulisan ini, kita akan melakukan perjalanan mengelilingi Jawa Tengah untuk mengungkap beberapa Tradisi yang jarang diketahui di Jateng. Mari kita selami keunikan dan pesan mendalam yang terkandung dalam setiap prosesi ritualnya.
BACA JUGA: 3 Wisata Penguji Adrenalin di Jateng, yang Suka Ekstrem Merapat
BACA JUGA: 5 Wisata Hits di Jateng dengan Mitos Putus Cinta
4 Tradisi Jateng yang Jarang di Ketahui
1. Unggah-Unggahan, Tegalrejo, Magelang: Syukur Menyambut Ramadan
Di lereng Gunung Merapi, Desa Tegalrejo menyimpan sebuah ritual penuh makna. Tradisi Unggah-Unggahan adalah puncak dari rasa syukur masyarakat atas melimpahnya hasil bumi sekaligus sebagai cara khusus untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Prosesinya penuh dengan warna dan semangat kebersamaan. Masyarakat berkumpul dan mengarak gunungan yang berisi aneka hasil tani, seperti sayuran, buah-buahan, dan palawija, serta jajanan tradisional.
Arak-arakan ini diarahkan menuju makam leluhur atau tempat yang dianggap keramat untuk didoakan. Puncak acaranya adalah pembagian hasil bumi dan makanan tersebut kepada seluruh warga dan pengunjung, simbol dari berbagi rezeki dan memperkuat tali silaturahmi.
2. Weh-Wuhan, Desa Dukuh, Semarang: Menghormati Leluhur di Malam Sunyi
Berbeda nuansanya, di Desa Dukuh, Kabupaten Semarang, terdapat ritual Weh-Wuhan. Tradisi ini dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon di bulan Sura (Muharram), menciptakan atmosfer yang khidmat dan mistis.
BACA JUGA: 5 Gunung di Jateng dengan Mitos yang Tidak Biasa
BACA JUGA: Gak Usah ke Bali! Ini Rekomendasi Pantai Romantis di Jateng Buat Couple Yang Wajib Dikunjungi
Inti dari ritual ini adalah penghormatan mendalam kepada para leluhur yang telah membangun dan menjaga desa. Warga beramai-ramai menuju makam leluhur dengan membawa sesaji khusus, yang biasanya berisi nasi tumpeng, lauk-pauk tradisional, jajan pasar, dan bunga.
Setelah didoakan bersama oleh sesepuh desa, sesaji tersebut kemudian dibagikan kepada semua yang hadir. Masyarakat setempat meyakini bahwa ritual ini adalah bentuk permohonan agar desa dilindungi dari marabahaya dan tanah tetap subur.
3. Festival Peh Cun, Desa Peh Cun, Kudus: Akulturasi Budaya yang Harmonis
Bukti nyata toleransi dan akulturasi budaya dapat disaksikan di Desa Peh Cun, Kudus. Meski berasal dari tradisi Tionghoa, Festival Peh Cun di sini telah menyatu sempurna dengan nilai-nilai lokal Jawa.