Radartegal.com - Budaya Tegal yang hampir punah. Tegal, kota pesisir utara Jawa Tengah, memiliki warisan budaya yang beraneka ragam di beberapa desa.
Sayangnya, seiring dengan arus modernisasi, kekayaan tradisi dan kebiasaan khas masyarakat Tegal kini menghadapi ancaman kepunahan serius.
Beberapa tradisi bahkan sudah jarang ditemukan. Apa saja budaya Tegal yang hampir punah yang wajib dijaga agar tak hilang ditelan zaman? Yuk, simak ulasan berikut ini.
Budaya Tegal yang hampir punah
1. Tradisi Lisan
Tradisi lisan adalah salah satu kekayaan budaya Tegal yang dulu begitu lekat dalam kehidupan masyarakat. Cerita rakyat, tembang dolanan, hingga pantun menjadi hiburan sekaligus sarana pendidikan bagi anak-anak. Lewat kisah-kisah ini, nilai-nilai luhur diwariskan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA: Pameran Foto Jurnalistik KUNOKINI 2024 di Tegal Tampilkan Peristiwa Budaya Hingga Sejarah
BACA JUGA: Kembangkan Kesenian, Calon Wali Kota Tegal Uyip: Awali dengan Budaya Nyaman di Pemerintahan
Namun, sekarang tradisi ini nyaris hilang. Kehadiran teknologi modern seperti ponsel dan internet membuat tradisi bercerita semakin tergeser. Padahal, tradisi ini menyimpan pesan moral yang penting untuk membentuk karakter generasi muda.
2. Upacara Adat
Upacara adat di Tegal punya makna mendalam. Misalnya, ada tradisi selamatan sebagai wujud syukur kepada Tuhan, ruwatan yang bertujuan menangkal kesialan, dan nyadran untuk menghormati arwah leluhur.
Sayangnya, tradisi ini semakin jarang digelar. Perubahan gaya hidup modern dan berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap tradisi lokal menjadi alasan utama mengapa upacara adat mulai ditinggalkan.
Padahal, selain sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang, upacara adat juga menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga.
BACA JUGA: Lestarikan Budaya, Jamasan Kereta Kencana dan Benda Pusaka Digelar di Pemalang
BACA JUGA: Gaungkan Semangat Literasi di Tegal, Guru Hingga Budayawan Ikut Sosialisasi Sistem Perbukuan
3. Kesenian Tradisional
Kesenian tradisional Tegal, seperti gamelan, tari topeng, dan wayang kulit, dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kini, popularitasnya kian meredup.
Generasi muda lebih tertarik dengan musik pop atau hiburan digital, seperti media sosial dan streaming film. Akibatnya, panggung untuk kesenian tradisional semakin sepi penonton.