radartegal.com - Mitos jembatan penghubung Jawa-Bali telah lama menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Kedekatan geografis kedua pulau, yang hanya terpisah sekitar 5 kilometer, seakan menggoda untuk segera dihubungkan dengan sebuah jembatan.
Namun, mitos yang beredar justru menjadi penghalang utama dalam mewujudkan proyek ambisius ini. Meskipun begitu, pertanyaan besar tetap menggantung: Mengapa mitos sederhana ini mampu menghambat kemajuan infrastruktur yang begitu dinantikan?
Hubungan antara Pulau Jawa dan Bali bagi masyarakat Indonesia begitu erat. Kedua pulau ini bukan hanya sekedar wilayah geografis, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan ekonomi yang saling melengkapi.
Oleh karena itu, wacana pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali selalu menarik perhatian publik. Namun, mengapa mitos Jawa-Bali begitu kuat bertahan dan sulit untuk dipecahkan?
BACA JUGA: Mitos Menyeramkan Gunung Ciremai, dari Harimau Mata Satu hingga Gamelan Gaib
Mengapa jembatan penghubung Jawa-Bali tak kunjung terwujud?
1. Mitos Dahyang Sidhimantra: Penjaga Batas Pulau Dewata
Mitos Dahyang Sidhimantra, seorang tokoh penting dalam kepercayaan masyarakat Bali, mengisahkan alasan di balik pemisahan Pulau Jawa dan Bali oleh lautan. Konon, pemisahan ini bertujuan untuk melindungi Bali dari pengaruh negatif luar.
Laut yang memisahkan kedua pulau dianggap sebagai benteng pertahanan alami yang menyaring segala energi negatif dari luar. Dengan demikian, Bali dapat mempertahankan keharmonian dan kesuciannya.
Pemisahan ini juga memudahkan pengawasan spiritual terhadap Pulau Bali. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya jarak fisik, pengaruh buruk dari luar dapat lebih mudah dideteksi dan diatasi.
Kepercayaan pada mitos Dahyang Sidhimantra telah tertanam kuat dalam masyarakat Bali sejak turun-temurun. Mitos ini menjadi salah satu alasan utama mengapa pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali banyak ditentang.
BACA JUGA: AI Nggak Ngaruh, Mitos Masyarakat Jawa Ini Masih Dipegang Teguh dalam Kehidupan Sehari-hari
BACA JUGA: Mitos Gunung Prau, dari Pocong Tidur sampai Berkumpulnya Dewa-dewa
Masyarakat Bali memandang bahwa keberadaan jembatan dapat mengancam nilai-nilai budaya dan spiritual yang telah dijaga selama berabad-abad.
2. Penolakan Masyarakat dan Pemerintah Lokal
Salah satu kekhawatiran utama masyarakat Bali adalah meningkatnya angka kriminalitas jika jembatan dibangun. Keterhubungan yang lebih mudah dengan Pulau Jawa dikhawatirkan akan menarik migrasi penduduk yang dapat memicu berbagai permasalahan sosial.