radartegal.com - Ini kebiasaan buruk gen Z, atau yang lebih dikenal dengan sebutan generasi Z. Istilah itu adalah kelompok yang tumbuh di era digital dengan segala kenyamanan dan kemudahan teknologi.
Namun, perkembangan ini juga membawa beberapa kebiasaan kebiasaan buruk gen Z. Jika tidak segera diatasi, dapat berdampak besar pada masa depan mereka.
Berdasarkan laporan dari McKinsey dan CNBC Indonesia, beberapa kebiasaan kebiasaan buruk gen Z yang dinilai berisiko tinggi. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi di masa depan.
Lalu, apa saja kebiasaan tersebut? Simak ulasannya berikut ini.
BACA JUGA: 7 Tips Sehat ala Dr Tirta, Gen Z yang Suka Makan Junk Food Wajib Tahu
BACA JUGA: Ini Penyebab Jam Koma yang Viral di Gen Z, Tiba-tiba Otak Lemot Guys
Daftar kebiasaan buruk gen Z
1. Kecanduan Teknologi dan Media Sosial
Teknologi memang membawa banyak manfaat, tetapi penggunaan berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif. Salah satu masalah yang kerap terjadi pada Gen Z adalah ketergantungan terhadap media sosial seperti Instagram, TikTok, dan berbagai platform lainnya.
Ketergantungan ini membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya, yang akhirnya mengurangi interaksi sosial di dunia nyata.
Penggunaan media sosial secara berlebihan ini kerap berdampak pada kesehatan mental, seperti meningkatnya rasa cemas, gangguan tidur atau insomnia, hingga munculnya krisis identitas.
Gen Z yang terlalu lama terpapar konten-konten di media sosial sering kali membandingkan hidupnya dengan orang lain, yang pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak puas.
BACA JUGA: Cara Mengatasi Stres dan Kecemasan pada Remaja Gen Z
BACA JUGA: Bisa Kaya Jalur Langit? Ini 10 Kebiasaan Gen Z yang Bikin Sukses di Era Digital
Tidak hanya itu, kecanduan ini juga bisa mengalihkan fokus mereka dari hal-hal penting lainnya, seperti pendidikan dan pengembangan keterampilan diri yang sangat mereka butuhkan untuk menghadapi masa depan.
2. Budaya Konsumtif dan Fenomena Doom Spending
Gen Z sering kali dianggap sebagai generasi dengan gaya hidup konsumtif yang tinggi. Pengaruh dari media sosial dan kebutuhan untuk selalu "up-to-date" dengan tren membuat mereka kerap membeli barang atau layanan secara impulsif.