Solusi Ramah Lingkungan, Pemanfaatan Beauveria Bassiana oleh Mahasiswa KKN IPB untuk Pertanian Berkelanjutan

Sabtu 03-08-2024,08:08 WIB
Reporter : Taufiq Ismail
Editor : Zuhlifar Arrisandy

 

MARGAMULYA, radartegal.id - Mahasiswa IPB University yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) di Desa Margamulya, Kabupaten Tegal dibawah bimbingan Dr. Ir. Asep Tata Permana, M.Sc mengadakan pendampingan kepada kelompok tani di balai desa pada Minggu, 28 Juli 2024.

Sebelumnya telah dilakukan survei lapangan dan diskusi dengan para petani, pendampingan mengambil tema “Pemanfaatan Agen Hayati untuk Pengendalian Hama (PAHAM)”.

Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB University Fathan M Azzaini mengungkapkan, para petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) mengeluhkan kerusakan pada padi mereka. Hal tersebut akibat serangan hama seperti wereng batang cokelat, wereng hijau, dan walang sangit.

BACA JUGA: Berikan Edukasi SIAGA, Mahasiswa KKNT IPB Sosialisasi Wabah PMK di Desa Kebandingan Tegal

“Survei lapangan juga menemukan gejala penyakit tungro pada padi, yang disebabkan oleh wereng hijau sebagai vektor virus tungro. Gejala ini terlihat dari kondisi padi yang kerdil, daun menguning, akar berubah menjadi cokelat, dan jumlah anakan yang sedikit,” ungkap Fathan.

Sementara itu, Wulandari yang juga mahasiswa Fakultas Pertanian menekankan pentingnya pengendalian hama yang efektif dan ramah lingkungan, salah satunya dengan menggunakan agen hayati seperti jamur Beauveria bassiana sebagai bioinsektisida.

“Beauveria bassiana adalah cendawan entomopatogen yang mampu membunuh berbagai jenis dan stadia serangga, termasuk telur, nimfa/larva, dan imago,” tutur Wulan.

Fathan menambahkan, penggunaan agen hayati sebagai insektisida merupakan solusi ramah lingkungan untuk mengendalikan hama dibandingkan dengan pestisida kimia. Langkah ini mendukung pertanian berkelanjutan karena tidak meninggalkan residu yang merugikan lingkungan.

BACA JUGA: Rektor IPB Apresiasi Program Petani Milenial: Progresif dan Inovatif

Program pemanfaatan agen hayati dengan menggunakan jamur Beauveria bassiana bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok tani tentang cara menggunakan agen hayati seperti jamur Beauveria bassiana sebagai bioinsektisida.

Fathan dan Wulandari berharap bioinsektisida ini dapat mengatasi masalah hama pada tanaman dan mendukung pertanian berkelanjutan.

Program pembuatan bioinsektisida ini merupakan kontribusi nyata mahasiswa dalam mengatasi permasalahan petani di Desa Margamulya.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bioinsektisida ini meliputi kentang, isolat jamur Beauveria bassiana, aerator, dan gula.

Pendampingan pembuatan bioinsektisida ini dipandu langsung oleh mahasiswa IPB University dari Fakultas Pertanian. Proses pembuatan bioinsektisida menggunakan media fermentasi Ekstrak Kentang Gula (EKG).

Kegiatan dimulai dengan merebus kentang, kemudian mencampurkannya dengan gula untuk memberikan sumber nutrisi bagi jamur. Setelah itu, isolat jamur Beauveria bassiana diinokulasikan ke dalam campuran EKG.

Campuran tersebut kemudian disimpan dalam wadah yang terhubung dengan aerator dan dibiarkan selama 5-7 hari untuk proses fermentasi jamur. Dosis aplikasi adalah 250 ml bioinsektisida dalam sprayer yang berisi 15 liter air, dengan waktu pengaplikasian di sore hari.

BACA JUGA: Poltek Harber Gelar KASIMAHASISWA, Dery Kasisolusib dan 4 Public Figur Bagikan Rahasia Sukses

Ketua Gapoktan Desa Margamulya Wamin, menyampaikan terima kasih kepada tim KKNT IPB yang telah melaksanakan pendampingan “Pemanfaatan Agen Hayati untuk Pengendalian Hama”.

“Saya berterima kasih kepada tim KKNT IPB atas program ini. Program ini sangat bermanfaat karena para petani perlu tahu cara mengendalikan hama menggunakan agen hayati yang memiliki banyak keunggulan dan semoga bermanfaat bagi para petani,” ucap Wamin.

Para petani sangat antusias mengikuti pelatihan ini dan aktif bertanya tentang cara pembuatan bioinsektisida. Diharapkan program ini membawa manfaat nyata bagi petani, dengan ilmu dan keterampilan yang didapat.

“Semoga selanjutnya mereka mampu membuat bioinsektisida sendiri di rumah dan menerapkannya untuk mendukung pertanian berkelanjutan,” pungkas Fathan. (*)

Kategori :