WARUREJA, radartegal.id - Kecewa dengan sistem zonasi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), ratusan warga menggeruduk SMK Negeri 1 Warureja, Kabupaten Tegal, Senin, 1 Juli pagi. Mereka datang ke sekolah kejuruan itu karena menduga, ada kecurangan pada sistem tersebut.
Audiensi terkait sistem zonasi PPDB ini dipusatkan di Aula SMKN 1 Warureja. Ratusan warga yang menggeruduk sekolah tersebut mendapat pengawalan dari anggota TNI dan Polri.
Dugaan kecurangan pada sistem zonasi PPDB itu berawal dari banyaknya anak dari warga yang berdomisili di Desa Sigentong dan Desa Sidamulya Kecamatan Warureja yang tidak diterima di sekolah tersebut.
Padahal, lokasi SMKN 1 Warureja ini berada di Desa Sigentong. Termasuk dengan Desa Sidamulya juga dekat.
BACA JUGA: Tersingkir Zonasi PPDB di Kabupaten Tegal, Orang Tua Siswa Diminta Sabar
BACA JUGA: Ngadu soal Zonasi PPDB Kabupaten Tegal, Emak-emak Geruduk Rumah Anggota Dewan
"Warga kami yang mau melanjutkan di SMKN 1 Warureja totalnya 44 anak. Tapi yang diterima cuma 14 anak saja. Sedangkan 30 anak, tidak diterima. Padahal domisili mereka sangat dekat dengan sekolah. Kan aneh," kata Kepala Desa Sigentong Bebas Raharjo yang ikut mendampingi warganya.
Dia mengaku sangat kecewa dengan sistem zonasi PPDB SMKN 1 Warureja yang tidak memprioritaskan anak-anak di lingkungan sekitar. Padahal, masyarakat dan Pemerintah Desa Sigentong memiliki andil yang besar saat berdirinya sekolah tersebut.
Mulai dari penyediaan lahan hingga akses jalan menuju ke sekolah tersebut. Namun sayangnya, pihak sekolah mengabaikan hal itu.
Dirinya tak menampik, sistem zonasi PPDB memang kebijakan pemerintah pusat dan provinsi. Namun, alangkah baiknya jika zonasi dan domisili terdekat diprioritaskan untuk warganya.
BACA JUGA: CATAT! Zonasi PPDB SMA Negeri Kota Tegal Jateng 2023, Kamu Masuk Wilayah Mana?
BACA JUGA: Soal Zonasi PPDB Dikeluhkan Siswa, Ganjar Siap Lapor ke Kementerian
Menurut Bebas Raharjo, jika warganya tidak diterima di sekolah tersebut, terpaksa pihaknya akan menutup akses jalan menuju SMKN 1 Warureja. Langkah ini bukan karena dirinya arogan, tetapi hanya minta kebijakan dari pihak sekolah agar memprioritaskan warga Desa Sigentong.