RADAR TEGAL - Di balik gemerlapnya lampu kota dan hiruk pikuk modernitas, tersimpan kekayaan budaya yang menanti untuk digali. Salah satunya adalah wayang kulit Tegal, sebuah seni tradisional yang telah mewarnai kehidupan masyarakat Tegal selama berabad-abad.
Lebih dari sekedar pertunjukan, wayang kulit Tegal adalah cerminan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan sejarah panjang yang terukir dalam setiap ukiran wayang dan alunan gamelan.
Memasuki dunia wayang kulit Tegal bagaikan memasuki gerbang magis yang membawa kita menelusuri kisah-kisah epik Ramayana, Mahabarata, dan cerita rakyat lainnya.
Mari kita telusuri perjalanan wayang kulit Tegal, dari akarnya hingga upaya pelestariannya yang membanggakan.
BACA JUGA: Menggali Kekayaan Budaya dan Tradisi Tegal yang Tetap Exis di Tengah Perubahan Zaman
Mengulik wayang kulit Tegal
1. Jejak Sejarah yang Panjang
Wayang kulit Tegal diperkirakan muncul di era Mataram Islam. Para penyebar agama Islam kala itu menggunakan wayang sebagai media dakwah.
Nasehat para wali dan ajaran Islam disampaikan melalui cerita wayang yang mudah diterima masyarakat. Seiring berjalannya waktu, menyerap berbagai pengaruh budaya, tetap mempertahankan identitasnya.
Salah satu ciri khas yang lahir dari kearifan lokal adalah bentuk wayang yang lebih kecil dan ringan. Konon, hal ini didasari oleh kebiasaan pementasan kerap digelar di ruang tamu rumah penduduk. Wayang yang lebih kecil memudahkan penyimpanan dan transportasi.
2. Bahasa Tegal: Membumbui Lakon dengan Keunikan
Tidak hanya wujud wayangnya, dialog dan lakon yang diusung pun menjadi pembeda, para dalang menggunakan bahasa Jawa Tegal yang kental. Logat dan kosakata khas Tegal tidak hanya menguatkan penghayatan cerita, tetapi juga menjadi penanda identitas budaya masyarakat Tegal.
BACA JUGA: Mengenal Festival Wayang Wong Tegal, Dialek Tegalannya Bikin Ora Ngapak Ora Kepenak
Cerita yang dikisahkan umumnya bersumber dari kisah epic Mahabharata dan Ramayana. Namun, tidak jarang dipadukan dengan cerita rakyat dan legenda daerah setempat.
Para dalang Tegal mampu mengemas cerita klasik tersebut dengan sentuhan humor lokal serta kritik sosial yang relevan dengan keseharian masyarakat Tegal.