RADAR TEGAL - Pulau Jawa adalah tempat yang sering dikatakan oleh masyarakat sebagai gudangnya kisah mistis, setiap daerahnya banyak tempat-tempat yang menyimpan kisah sendiri di dalamnya. Seperti mitos bekas pabrik gula kunir wungu, yang konon menggunakan tumbal pada proses pembuatan gulanya.
Mitos ini menjadi pembicaraan banyak masyarakat sekitar, banyak orang yang enggan melewati tempat tersebut karena memiliki hawa yang berbeda. Nantikan pembahasan mitos bekas pabrik gula kunir wungu pada artikel di bawah ini.
Siap-siap bergidik ngeri, kalau tidak kuat lebih baik jangan membaca karena bisa merinding sekujur badan. Yuk simak mitos bekas pabrik gula kunir wungu ini.
Tak usah berlama-lama lagi, mari kita simak bareng artikel dari radar tegal yang akan membahas mitos bekas pabrik gula kunir wungu. Konon kabarnya simpan kisah mistis yang menelan tumbal di dalamnya.
BACA JUGA:Mitos Rumah Luang Mayit Bisa Membawa Sial, Ternyata Ini Penjelasannya
Pabrik gula kunir wungu
Lokasi pabrik gula kunir wungu ini berada di provinsi Jawa Timur tepatnya di Ngunut, Tulungagung dan satu tempat dengan perkebunan tebu. Pabrik gula ini sudah tidak beroperasi lagi dan menjadi bangunan tidak terurus.
Pabrik gula kunir wungu sudah ada sejak tahun 1928, namun baru mulai diresmikan dan dioperasikan di tahun 1930. Pabrik gula ini tergabung menjadi bagian PTPN X pada saat itu.
Mitos yang beredar
Banyak cerita yang berkembang dan menyebar di telinga masyarakatnya mengenai pabrik gula kunir wungu ini. Di balik cerita mistisnya, ada kisah yang sungguh menyayat hati.
Kisah-kisah ini tumbuh dan berkembang ditambah dengan keangkeran lokasi bangunan pabrik gula kunir wungu. Bangunan bekas pabrik gula ini berbentuk seperti bangunan Belanda yang mana jadul dan tentu mengerikan.
Menurut mitosnya, dahulu kala pabrik gula kunir wungu dijadikan sebagai tempat pelacuran. Dimana para wanita disana dijadikan pemuas nafsu para orang-orang yang mempekerjakannya tersebut.
Selain itu, ada juga mitos yang sangat terkenal mengenai tempat ini yakni ketika proses pembuatan gula berlangsung sebelumnya mereka akan mencari tumbal. Tumbal ini nantinya akan dimasukkan ke dalam gilingan tebu untuk digiling bersama tebu dan menghasilkan gula.
Dahulu kala ada sepasang suami istri yang konon kabarnya dimasukkan ke dalam penggiling dan digiling bersama tebu-tebu. Usut punya usut dilakukannya hal tersebut agar sang pemilik terus mendapatkan keuntungan, karena mereka melakukan pesugihan dan tumbalnya memang harus dimasukkan ke dalam gilingan tersebut untuk digiling bersama.