RADAR TEGAL - Pernahkah Anda mendengar tentang mitos Gili Tugel di Kota Tegal? Konon, pertigaan ini menyimpan cerita mistis yang telah melegenda di kalangan masyarakat setempat.
Bagi warga Kota Tegal, mitos Gili Tugel bukan sekadar cerita rakyat biasa. Pertigaan ini diselimuti aura mistis yang memicu rasa penasaran dan pertanyaan di benak banyak orang.
Mitos Gili Tugel di Kota Tegal memiliki daya tarik tersendiri. Keberadaannya menjadi bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang tak ternilai harganya.
Menelusuri jejak mitos Gili Tugel di Kota Tegal membawa kita pada petualangan untuk menguak misteri dan legenda yang tertanam dalam memori kolektif masyarakat setempat.
BACA JUGA: Dihuni Sosok Penunggu Sakti, Ini Mitos Waduk Malahayu Brebes yang Terjaga Selama Berabad-abad
Mitos dan Kisah Kelam
Mitos Gili Tugel di Tegal menyimpan kisah kelam masa penjajahan Belanda, terukir di pertigaan Jalan AR Hakim, Jl. Jenderal Soedirman, dan Jl. Pangeran Diponegoro. Di balik nama "Gili Tugel" yang berarti "jalan terputus", terkubur cerita tentang pertumpahan darah dan perlawanan rakyat Tegal.
Dua versi mitos Gili Tugel beredar, diwariskan turun temurun, membawa aroma mistis dan sejarah. Versi pertama menenggelamkan kita dalam tragedi era Amangkurat II, Raja Mataram.
Pertarungan Saudara Seperguruan
Amangkurat II, murka pada Adipati Martoloyo, pemimpin Tegal, karena menentangnya. Dia memerintahkan Adipati Martopuro, adik seperguruan Adipati Martoloyo, untuk membawanya hidup atau mati.
Pertempuran sengit pun terjadi di Gili Tugel. Adipati Martopuro, meski berat hati, tetap menjalankan tugasnya. Adipati Martoloyo, teguh pada pendiriannya, tak ingin tunduk pada penjajah.
BACA JUGA: Legenda dan Mitos Kedung Lele di Wonogiri, Ternyata Sosok Penunggunya Adalah Ini
Kedua ksatria ini bertarung dengan penuh hormat, bukan karena dendam, tetapi demi prinsip dan kesetiaan. Tragisnya, tak ada pemenang. Keduanya gugur, meninggalkan luka dan legenda di Gili Tugel.
Luka dan Perlawanan di Era Daendels
Versi kedua mengantarkan kita ke masa Gubernur Jenderal Herman William Daendels dan proyek jalan Anyer-Panarukan. Ribuan rakyat Tegal dipaksa kerja rodi, membangun jalan tanpa upah, menelan banyak korban jiwa.