Anak Putus Sekolah di Kabupaten Tegal Capai 6.765, Kasus Tertinggi di Kecamatan Bojong dan Bumijawa

Kamis 21-03-2024,12:40 WIB
Reporter : Khikmah Wati
Editor : Khikmah Wati

RADAR TEGAL- Anak putus sekolah di Kabupaten Tegal jika dilihat dari data series tahun 2019-2022 mencapai 6.765 anak. Dari jumlah tersebut, kasus tertinggi dijumpai di Kecamatan Bojong dan Bumijawa.

Data anak putus sekolah di Kabupaten Tegal tersebut diungkap Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud saat berlangsung Forum Perangkat Daerah Penyusunan Rencana Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal Tahun 2025 di Aula Dinas Dikbud, Kamis 29 Februari 2024.

Terkait anak putus sekolah di Kabupaten Tegal itu, pihaknya terus berupaya mengintervensi agar anak mau kembali bersekolah. Melalui gerakan Yuh Sekolah Maning yang dirasa sudah cukup optimal dari sisi alokasi program Kejar Paket A dan B. 

Meskipun dari sisi partisipasinya baru menjangkau sekitar 50 persen dari yang ditargetkan. Menurutnya tidak mudah mengajak anak putus sekolah di Kabupaten Tegal untuk kembali bersekolah.

BACA JUGA: Program Yuh Sekolah Maning Berlanjut, Pemkab Tegal Serius Entaskan 500 Anak Putus Sekolah

“Harus ada kerja sama yang baik dan intensif dengan banyak pihak. Termasuk pemerintah desa untuk mendorong para orangtua agar menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus pendidikan dasar, tidak sebaliknya, mengajak anak-anaknya ikut bekerja membantu orangtua sampai meninggalkan bangku sekolah,” ujarnya.

Selain menyinggung anak putus sekolah di Kabupaten Tegal, Amir mengapresiasi rasio guru dan peserta didik yang dinilai sudah ideal. Menurut Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, rasio ideal guru dan peserta didik adalah 1 banding 20. Sementara untuk untuk Kabupaten Tegal sendiri rasionya sudah 1 banding 19.

“Artinya, secara rata-rata, satu orang guru melayani 19 murid. Jika melihat proporsi ini kita sudah mencapai taraf sangat ideal,” kata Amir.

Dalam kesempatan yang sama, Amir meminta tenaga pendidik untuk membekali pelajar dengan kecakapan dan kecerdasan baru. Menurut Amir, trend kehidupan masyarakat modern saat ini sedang menuju dunia buatan atau artificial living yang semakin terhubung tanpa sekat. 

BACA JUGA: Yuh Sekolah Maning! 600 Anak Putus Sekolah di Kabupaten Tegal Jadi Sasaran

Hal ini mendorong banyak perubahan di berbagai sisi yang harus didukung kecakapan, kecerdasan, dan karakter dari anak-anak mudanya yang semakin relevan.

Oleh karena itu, peran dunia pendidikan juga harus mampu menyiapkan peserta didiknya dengan kecerdasan. Kecerdasan yang dibutuhkan ini bukan sekadar kecerdasan intelektual dan sosial emosional, melainkan juga kecerdasan adaptif, eksploratif, dan transformatif.

Sehingga menurutnya, penting bagi guru pendidik dan orangtua agar bisa memahami karakteristik era digital society saat ini. Sebab saat menjelajah di dunia maya atau cyberspace, tanpa disadari akan banyak ditemui kejahatan digital di sana.

Seperti halnya fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar ataupun remaja, antara lain gaya pacaran yang menjurus pada seks bebas, tawuran, penggunaan narkoba, vandalisme seperti corat coret dinding, judi online, hingga bullying di sekolah yang semuanya adalah alarm adanya pergeseran nilai-nilai agama dan budi pekerti yang diyakini banyak dipengaruhi oleh media sosial.

Kategori :