RADAR TEGAL - Setiap menjelang bulan puasa, setiap daerah punya tradisi untuk menyambutnya. Tradisi ini memperlihatkan kekuatan kebersamaan, dan menawarkan kedamaian spiritual di tengah hiruk pikuknya kehidupan modern yaitu tradisi unggah-unggahan di Tegal.
Tradisi unggah-unggahan di Tegal merupakan perpaduan harmonis antara budaya Jawa, Islam, dan Hindu yang kaya akan makna dan spiritualitas, dan tak lekang oleh waktu. Pada umumnya semua rakyat asli Jawa merayakan tradisi ini.
Kali ini kita akan mengulik tentang tradisi unggah-unggahan di Tegal khususnya. Menjadi salah satu tradisi yang masih lestari hingga saat ini, baik di daerah kota maupun kabupatennya.
Sebelum kita menelusuri tradisi unggah-unggahan di Tegal lebih dalam, kita bahas maknanya sedikit dan baca artikel yang menarik ini sampai akhir yaa.
BACA JUGA: Asal Usul Kali Kemiri Tegal, Sosok Sunan Kalijaga yang Menyamar sebagai Berandal Lokajaya Disebut
Makna di balik tradisi unggah-unggahan di Tegal
Kata "unggah-unggahan" memiliki akar dari bahasa Jawa yang berarti naik. Namun, makna yang terkandung jauh lebih dalam dari sekadar tindakan menyajikan hidangan kepada tetangga dan kerabat.
Tradisi ini mencerminkan keinginan untuk 'mengangkat' doa dan harapan kepada Yang Maha Kuasa, sebagai permohonan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Tradisi Unggah-Unggahan menjadi momen refleksi, memohon ampunan, serta mempersiapkan diri secara spiritual untuk menyambut bulan suci.
Kebersamaan dalam unggah-unggahan
Tradisi unggah-unggahan di Tegal tidak hanya sebatas urusan kuliner. Namun lebih dari itu, ia adalah simbol kebersamaan dan solidaritas.
Biasanya, tradisi ini berlangsung pada malam Nisfu Syaban hingga H-1 Ramadhan. Sejak beberapa hari sebelumnya, masyarakat Tegal mulai sibuk mempersiapkan hidangan istimewa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ini.
Bukan hanya sekadar hidangan, tetapi makanan-makanan khas Tegal seperti nasi, lauk pauk, lopis, bolu kukus, dan kue apem menjadi bagian dari kekayaan kuliner yang disajikan. Namun inti dari tradisi ini adalah berbagi. Hidangan yang dipersiapkan dengan penuh kasih sayang dan kehangatan, dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan orang tua, menciptakan ikatan kekeluargaan yang erat.
BACA JUGA: 4 Mitos Wisata Guci Tegal, Dulu Ada Sosok Naga Dayang dari Nyai Roro Kidul
Nilai-nilai luhur dalam tradisi unggah-unggahan
Tradisi unggah-unggahan di Tegal tidak hanya menyediakan hidangan lezat, tetapi juga mengandung sejumlah nilai luhur yang menjadi pondasi kehidupan masyarakat Tegal: