Sebab, para penderita bisa cepat tertangani. Apalagi obatnya sudah ada dan ampuh.
“Kumannya bisa diketahui karena kita punya alat diagnostik dari yang sederhana sampai yang canggih. Strategi yang menekankan pada pengawasan langsung terhadap penderita, baik keluarga maupun petugas kesehatan melalui DOTS juga sudah siap. Semuanya gratis bagi pasien tuberkulosis,” jelasnya.
Di balik kesiapan pemerintah daerah melakukan pemeriksaan dan pengobatan, lanjut dia, ada tantangan lain yang tidak kalah pentingnya. Hal ini sangat berpengaruh pada partisipasi pasien TB mengikuti program DOTS.
Sebab, orang yang tertular tuberkulosis tidak hanya berdampak dari sisi medis atau kesehatan, tetapi ekonomi dan sosial yang ini diperburuk dengan stigma di lingkungan masyarakat, diskriminasi, dan risiko kehilangan pekerjaan ataupun berhenti sekolah.
BACA JUGA: Temukan 69.823 Kasus Baru TBC, Pemprov Jateng Sabet Titel Terbaik Pertama Program Tuberkulosis 2023
”Kita harus bekerja menurunkan tingkat insidensi atau kasus baru tuberkulosis hingga 80 persen,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya berharap semua harus mengubah dan melakukan transformasi di segala bidang, menciptakan harmonisasi antarlintas sektor. Sebab, berbagai macam pendekatan penanggulangan tuberkulosis sebenarnya sudah tersedia, baik di tingkat individu maupun populasi.
”Kita harus bergerak bersama sesuai perannya masing-masing. Saling mengisi dan menguatkan untuk menciptakan kerja bersama dalam bentuk orkestrasi. Jadi, perlu kolaborasi karena tuberkulosis ini hanya 30 persen yang terkait medis, selebihnya masalah nonmedis seperti literasi publik tentang,” jelasnya.
Dalam menanggulangi penyakit tersebut, selama 5 tahun USAID Bebas TBC akan fokus melakukan pendampingan kegiatan di Kabupaten Tegal. Beberapa program yang akan dilakukan yakni, peningkatan penemuan kasus TBC, peningkatan kualitas skrining dan diagnosis TBC.
BACA JUGA: Innalillahi! 8 Bulan 69 Warga Brebes Meninggal Karena TBC, Temuan Baru 3.682 Pasien Diobati
Lalu peningkatan kualitas layanan TBC, optimalisasi pencegahan TBC, memperkuat sistem kesehatan untuk mempercepat eliminasi TBC. Memperkuat kemitraan TBC dengan pemangku kepentingan dan komunitas, serta riset implementasi untuk meningkatkan penanggulangan TBC.
”Keberhasilan program TBC di Kabupaten Tegal dalam menuju eliminasi tahun 2028, sangat tergantung dari terwujudnya kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Lima tahun kedepan angka kasus TBC harus 0 persen. Karena itu, kami berharap semua pihak bisa ikut terlibat sesuai dengan perannya masing-masing,” tandasnya. (*)