RADAR TEGAL – Babi ngepet memiliki mitos yang erat kaitannya dengan pesugihan. Mitos ini juga sudah masyarakat percaya turun temurun, bahkan sekalipun sudah di era modern seperti sekarang.
Mitos pesugihan babi ngepet ini konon merupakan seorang manusia yang berubah menjadi babi, kemudian sering beraksi tengah malam untuk mencuri uang orang. Wujud babi tersebut biasanya mirip babi hutan, yaitu berbadan hitam dengan bulu-bulu jarang.
Untuk selengkapnya, berikut ulasan mitos pesugihan babi ngepet dan sejarah kemunculannya yang ternyata sudah ada sejak jaman jajahan Belanda. Simak ulasan artikel ini sampai akhir tulisan.
Mitos pesugihan babi ngepet yang muncul sejak jaman jajahan Belanda
Melansir dari berbagai sumber, konon mitos tentang makhluk ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.
BACA JUGA : Bisa Jadi Pertanda Baik dan Buruk, Ini 5 Mitos tentang Suara Tokek di Dalam Rumah, Haruskah Diusir?
Mitos ini sudah dipercaya oleh petani saat era tanam paksa 1830 silam, saat dimana ada kecurigaan kepada orang lokal yang kaya mendadak karena praktik tengkulak dan pinjaman uang.
Saat itu, orang-orang menuding orang yang kaya mendadak tersebut melakukan ilmu gaib dengan berubah wujud menjadi seekor babi ngepet untuk mencuri uang warga.
Tuduhan tersebut diucapkan dengan tujuan menurunkan citra orang kaya yang dianggap memeras uang rakyat dengan menjadi tengkulak.
Mitos pesugihan babi ngepet itulah yang kemudian berkembang dari generasi ke generasi, karena dipercaya bisa mendatangkan kekayaan secara instan.
Cerita mitos itulah terus semakin populer di masyarakat sampai sekarang. Tidak sedikit juga yang mulai tertarik untuk mempelajari ilmu gaib itu untuk membuat diri menjadi kaya secara cepat.
BACA JUGA : 7 Mitos tentang Burung Hantu, Menurut Primbon Jawa Bisa Jadi Pesan Kematian?
Lama kelamaan, timbul juga cerita bahwa cara mempelajari ilmu pesugihan babi ngepet ini menggunakan lilin, kain hitam, dan lainnya.
Sejarah kemunculannya berdasarkan cerita rakyat Betawi
Mitos pesugihan babi ngepet juga kabarnya berawal dari cerita rakyat Indonesia, menurut buku cerita rakyat Betawi pada 2004 silam.