RADAR TEGAL - Persoalan yang tengah tengah menerpa PCNU Kabupaten Tegal kian melebar dan berbuntut panjang. Jumat, 1 September 2023, 10 orang pengurus dan anggota Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tegal mundur.
Mundurnya 10 orang anggota PC GP Anshor Kabupaten Tegal itu menyusul polemik diamankannya mobil operasional milik PCNU Kabupaten Tegal oleh pemberinya. Sebelumnya, seorang bacaleg PKB yang juga Kasatma Banser Kabupaten Tegal, Muhammad Zaenudin mundur dari pencalegannya.
Sementara itu, 10 orang yang mundur dari struktur organisasi Ansor dan Banser, bukan pengurus sembarangan organisasi banom PCNU Kabupaten Tegal. Antara lain Wakil Kepala Satkorcab Banser, Kepala Satsus Balakar, Kepala Satsus Basada, Kepala Satsus Bagana, dan anggota Satsus Basada.
Ke-10 orang itu mundur atas kemauannya sendiri, murni sebagai perwujudan sikap yang muncul dari hati nurani masing-masing. Dari 10 orang yang mengundurkan diri dari keanggotaan salah satu banom PCNU Kabupaten Tegal itu, terdari dari anggota Ansor 3 orang dan 7 dari Banser.
Mundur di depan makam Ki Enthus
10 anggota Ansor dan Banser itu menyatakan pengunduran dirinya dari struktur organisasi di depan makam Ki Enthus. Wakil Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Tegal Achmad Chanif mengatakan 10 orang terpaksa mundur karena Ansor dan Banser saat ini dalam kondisi 'sakit'.
Bahkan, menurut Chanif, kondisi Ansor dan Banser tidak hanya sedang 'sakit', namun juga sedang tidak stabil. Chanif menduga kedua organisasi banom tersebut sedang dikendalikan oleh seorang tokoh politik.
Ironisnya tokoh politik tersebut bukanlah merupakan anggota maupun kader Ansor yang merupakan banom PCNU Kabupaten Tegal. Chanif mengkhawatirkan hadirnya sosok tokoh politik itu, akan memperburuk citra Ansor dan Banser di Kabupaten Tegal.
"Ini jelas akan bertambah buruk bagi perkembangan organisasi yang akan datang," tambahnya lagi.
Chanif yang juga menjabat ketua Caretaker PAC GP Ansor Kecamatan Adiwerna menegaskan, mestinya Ansor bersifat netral dan mandiri. Yakni menolak jika dikendalikan oleh orang-orang dari luar Ansor maupun Banser.
Sayangnya yang terjadi saat ini, beber Chanif, sepertinya ada penggiringan massa kepada kader-kader Ansor. Yakni untuk memenangkan salah seorang calon anggota legislatif (caleg), bahkan ada pula yang membentuk laskar-laskar untuk mendukung caleg tersebut.
Lawan politik identitas
Chanif juga kecewa terhadap polemik mobil operasional PCNU Kabupaten Tegal yang ditarik lagi oleh anggota DPR RI yang memberinya. "Intinya ini ada indikasi politisasi di Ansor. Menurut saya, ini sebuah politik identitas."
"Padahal pesan dari Ketum GP Ansor, kita harus melawan politik identitas," tegas Chanif.
Meskipun secara legawa mundur dari struktur, dirinya tidak akan memprovokasi pengurus maupun anggota lainnya. "Ini murni dari hati nurani kami masing-masing. Jadi kami tidak mengajak lainnya. Kebetulan kami ini memiliki persepsi yang sama, pandangan yang sama."