Sejarah Museum Fosil Sangiran: Menyelami Jejak Manusia Purba di Indonesia yang Jarang Diketahui

Jumat 01-09-2023,19:44 WIB
Reporter : Ferdinan Alamsyah
Editor : Ferdinan Alamsyah

 

Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah pengunjung, lahan museum diperluas hingga mencapai 16.675 meter persegi.

 

Pada awalnya, bangunan museum mengadopsi gaya arsitektur joglo, dengan beberapa ruang di dalamnya, termasuk perpustakaan, auditorium, lab, ruang pameran, dan ruang audio visual yang digunakan untuk pertunjukan film mengenai kehidupan manusia era prasejarah.

 

Puncak prestasi museum terjadi pada tahun 1996, saat museum ini didaftarkan sebagai salah satu situs Warisan Dunia UNESCO dan diakui sebagai cagar alam. 

 

Pada tahun 1977, museum ini secara resmi mendapatkan nama Museum Prasejarah Sangiran yang dikenal hingga sekarang.

 

Nama Museum Prasejarah Sangiran menjadi semakin terkenal dengan kunjungan para peneliti internasional. 

 

Eugene Dubois, seorang peneliti terkemuka, meskipun tidak sepenuhnya puas dengan museum ini, melakukan penelitian di lokasi lain.

 

Perpindahan tersebut menghasilkan penemuan fosil Pithecanthropus erectus di Trinil Ngawi pada tahun 1891. 

 

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa manusia purba Homo erectus tersebar di Pulau Jawa, termasuk di daerah Ngandong, Mojokerto, Sambungmacan, dan Trinil.

Kategori :