Selain itu, ada belut bermahkota pendeta, kepiting tapal kuda, dan ketam, di antara dua jenis hewan tersebut. Sejarawan Bernet Kempers menyebut simbol-simbol ini adalah sengkalan tahun yang berarti 1451 M.
BACA JUGA:Takjub! 4 Mitos Air Keabadian Petirtaan Jolotundo, Terinspirasi dari Mitologi Samudramanthana
3. Badan garuda berupa kura-kura
Beberapa sejarawan menghubungkan kura-kura raksasa di altar ini dengan kura-kura akupa, jelmaan Dewa Wisnu, dalam kisah pengadukan samudra atau Samudramanthana.
Namun, karena candi ini dibangun ketika masyarakat Jawa telah memiliki kisahnya sendiri, yakni dalam Kitab Tantu Panggelaran, pemindahan Mahameru ke Jawa, hingga terciptanya air suci Tirta Amerta, maka kura-kura raksasa tersebut justru jelmaan Dewa Brahma.
BACA JUGA:Mitologi Mahameru dan Tirta Amerta, 4 Mitos Pindahnya Himalaya ke Jawa
Jadi, kura-kura ini adalah simbol penciptaan Tirta Amerta yang menyucikan. Bentuk burung garuda sendiri juga bermakna ruwat, atau penyucian.
Kisah Garudeya tersebut menceritakan garuda yang membebaskan ibunya, Dewi Winata, dari perbudakan Dewi Kadru, bangsa ular, yang melambangkan mala atau dosa.
BACA JUGA:Mitologi Mahameru dan Tirta Amerta, 4 Mitos Pindahnya Himalaya ke Jawa
Awal perbudakan Kadru atas Winata tersebut masih terkait dengan peristiwa Samudramanthana, yakni Winata salah menebak warna kuda Uccaihsrawa yang keluar dari samudra, yang diaduk para dewa dan asura.
Dari bentuk garuda, kisah air suci, serta kisah ruwat, jelas terlihat fungsi bentuk-bentuk dari altar kedua candi ini adalah menyucikan para leluhur sebelum mereka masuk ke candi utama.
Demikian, informasi mengenai Candi Cetho yang altarnya tersusun kode-kode bak lukisan maestro Da Vinci. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang fakta unik candi-candi di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa.***