Berikut adalah kutipan dari isi kitab tersebut: "Pada suatu waktu, seluruh dunia gemetar hebat dan guntur menggelegar, diikuti oleh hujan lebat dan badai.
Namun, hujan tersebut justru tidak mampu memadamkan nyala api gunung berapi, malah seolah-olah mengobarkannya lebih kuat. Suara yang mengerikan akhirnya diikuti oleh letusan gunung yang dahsyat, membelah menjadi berkeping-keping, dan tenggelam ke dalam bagian terdalam bumi."
BACA JUGA:Misteri Gunung Andong yang Mengerikan, Hati-hati Terhadap Makhluk Ini dan Jangan Sendirian
Keterangan: Ronggowarsito adalah seorang sastrawan Jawa terkenal dari abad ke-19 yang tinggal di Kerajaan Surakarta. Kitab Raja Purwa adalah salah satu karyanya yang termasyhur.
Kitab ini diterbitkan 14 tahun sebelum letusan hebat Krakatau terjadi, dan juga diterbitkan kembali pada tahun 1885 oleh penulis tersebut.
Dua tahun setelah Krakatau meletus, fakta ini semakin memperkuat bahwa gunung berapi yang dijelaskan dalam kitab adalah Gunung Krakatau.
Pada tahun Saka 338, terdengar suara menggelegar dari Gunung Batuwara yang dijawab oleh suara serupa dari gunung berapi yang terletak di sebelah barat wilayah Banten modern.
3. Mahluk aneh
Banyak pengunjung yang mengklaim telah melihat makhluk yang tidak biasa di Gunung tersebut.
Biasanya, yang terlihat hanya makhluk kecil seperti burung dan kupu-kupu, namun beberapa dari mereka mengaku melihat makhluk besar seperti kadarnya dan burung raksasa.
Apakah ini makhluk yang hanya tampak seperti itu atau mungkin makhluk cryptid yang selamat dari bencana Krakatau, semuanya masih merupakan misteri yang belum terpecahkan.
BACA JUGA:Merinding, Inilah 7 Urban Legend Seram yang Berasal dari Berbagai Negara, Indonesia Punya?
4. Patih Gajah Putih
Mitos Patih Gajah Putih menjadi bagian penting dalam kisah legenda asal usul Gunung Krakatau.
Ceritanya, ada seorang Pangeran Purbaya yang berubah menjadi singa dan seorang Patih dari Kerajaan Sriwijaya yang berubah menjadi Gajah Putih.
Keduanya tanpa diketahui penyebabnya terlibat dalam perkelahian yang berlangsung terus menerus selama 40 hari 40 malam di Dukuh Kadubungbang.