Terdapat beberapa versi mengenai apa yang sebenarnya ada di dalam makam ini. Menurut satu versi, hanya sebagian abu jenazah Raden Wijaya yang dimakamkan di sini, setelah upacara ngaben di Candi Brahu.
Versi lain menyebutkan bahwa tempat ini adalah juga tempat pertapaan Raja I Kerajaan Majapahit.
Salah satu hal menarik adalah adanya dua makam lain di dekat makam Raden Wijaya, yakni Kyai Sapu Angin dan Kyai Sapu Jagad.
Meskipun Raden Wijaya adalah seorang penganut agama Hindu, nuansa Islam terasa kuat di area makam ini, mungkin dikaitkan dengan makam-makam yang ada.
Keunikan situs dan nisan-nisan bersejarah
Situs Siti Inggil, ditemukan pada tahun 1965, adalah tumpukan batu bata kuno seluas sekitar 15 meter persegi dengan tinggi 1,5 meter.
Terlepas dari pemugaran oleh pemerintah desa pada tahun 1968, situs ini tetap memikat pengunjung dari berbagai penjuru.
Nisan-nisan bersejarah dalam kompleks Siti Inggil menambah daya tariknya. Lima nisan yang menarik perhatian termasuk nisan Raden Wijaya, Ghayatri (permaisuri Raden Wijaya), serta dua selirnya: Dhoro Jinggo dan Dhoro