Mitos Sungai Serayu Tidak Hanya Berkaitan dengan Sunan Kalijaga, Sosok Semar Juga Ikut Terkait

Jumat 11-08-2023,20:15 WIB
Reporter : Khikmah Wati
Editor : Khikmah Wati

RADAR TEGAL - Mitos Sungai Serayu yang berkembang di masyarakat ternyata cukup banyak dan beragam. Tidak hanya berkaitan dengan Sunan Kalijaga, ada mitos lain yang terkait dengan sosok Semar.

Pastinya, keberadaan Sungai Serayu tidak bisa terlepas dari sosok Semar yang mitosnya adalah seorang dewa. Dalam berbagai kisah diceritakan jika Semar adalah eksistensi dewa kang apawak manungsa (dewa berwujud manusia). 

Semar dianggap sebagai Dewa yang menyamar sebagai kawula berwatak sederhana. Selain itu memiliki sifat jujur, sabar, rendah hati, berbelas kasih, mencintai pada sesama.

Dekat dengan keutamaan dan jauh dari keangkaramurkaan, serta tidak terlalu susah bila mendapatkan cobaan dan tidak terlalu gembira bila mendapatkan keberuntungan.

BACA JUGA:Mitos Sungai Serayu dan Kagetnya Sunan Kalijaga Saat Melihat Kepala Wanita Cantik di Tengah Sungai

Keterkaitan antara Sungai Serayu dengan sosok Semar juga ditunjukan dengan adanya sejumlah candi yang menggunakan nama tokoh pewayangan. 

Di pegunungan Dieng yang merupakan hulu Sungai Serayu tersebut, terdapat sejumlah candi yang menggunakan nama tokoh wayang. 

Di antaranya Candi Yudhistira, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Gathutkaca, Candi Bisma, termasuk Candi Semar.

Sementara di Gunung Srandil sendiri yang berdekatan dengan hilir Sungai Serayu tersebut terdapat patung Semar. Patung tersebut telah dijadikan sebagai penandaan tempat turunnya Semar (Sang Hyang Bathara Ismaya) dari kahyangan Jong Giri Saloka ke Mercapada (Tanah Jawa) yang berada di titik puncak Gunung Srandil tersebut.

Berangkat dari kisah tersebut, Sungai Serayu kemudian dianggap sungai suci yang bukan sekedar memberikan penghidupan bagi manusia secara tulus. Namun memiliki makna simbolik yang sangat dalam. 

BACA JUGA:Di Balik Mitosnya, Sungai Serayu Tawarkan Lintasan Rafting yang Unik dan Ekstrem

Sungai tersebut dimaknai sebagai cinta kasih kudus yang mengalir terus-menerus dari sang bapa atau lingga (Pegunungan Dieng) pada sang biyung atau Yoni (Laut Selatan). 

Sosok Semar dianggap sebagai penjaga hulu dan hilir Sungai Serayu. Sungai tersebut selanjutnya disebut air kehidupan yang tidak hanya berguna bagi petani untuk menumbuh-kembangkan tanaman di ladang atau sawahnya, tetapi menjaga kelangsungan hidup manusia.

Sebagai bentuk rasa syukur atas cinta kasih berwujud air kehidupan yang diberikan oleh Tuhan melalui sungai tersebut, masyarakat yang hidup di kiri-kanan sepanjang Sungai Serayu selalu melakukan upacara tradisi Sedekah Bumi hingga sekarang. ***

Kategori :