Bikin Merinding! Kisah Nyata Mendaki Gunung Sumbing dengan Teman yang Sudah Meninggal

Kamis 10-08-2023,22:14 WIB
Reporter : Muninggar Setiyo Rini
Editor : Muninggar Setiyo Rini

“Aku perhatikan selama mendaki Bagus seperti kegerahan tapi badanya dingin bentar-bentar minta istirahat. Singkat cerita sampailah kami di gerbang Gajah Mungkur tempat camping bermalam kami, tim memasang tenda untuk istirahat, dan tiba-tiba Bagus minta satu tenda tidur sama saya,” lanjut Oji.

Usai memasang tenda, Oji mengajak teman-temannya untuk makan, namun lagi-lagi Bagus tidak ingin makan. Setelah dibujuk Eko, Bagus makan meski masuk hanya tiga sendok.

“Dia mulai pucat kan itu, dikasih obat ngga mau. Akhirnya aku tawarkan mau kopi, susu, atau teh hangat pada Bagus, ia minta air hangat saja,” kata Oji.

“Terus aku kasih air hangat, namun Bagus langsung minum air yang masih panas itu diteguk hingga habis seperti kehausan,” lanjut Oji.

“Bagus jawab nggak katanya sudah dingin. Mulai aneh tapi saya masih positif thinking," bebernya.

Di tengah malam, kejadian aneh terulang kedua kali, di mana Bagus tiba-tiba menghilang. Oji pun membangunkan teman lainnya untuk mencari Bagus. Ternyata Bagus ditemukan duduk melihat pemandangan kota. Saat itu pula, wajah Bagus mulai pucat.

Pagi hari, mereka segera bergegas untuk naik ke puncak. Namun, di saat pemberhentian untuk foto, Bagus tidak ingin sama sekali foto. 

“Kami melihat sunrise sambil foto di pohon Kazu Jomblo daerah Kandang Kidang, tapi Bagus selalu menghindar dan anehnya dari awal datang tidak mau difoto meski sudah dibujuk, ia selalu menolak dengan dingin. Dia malah senang menyendiri duduk di batu petilasan area setempat,” beber Oji.

"Dan menjelang petang aku perhatikan Bagus wajahnya semakin pucat seperti kelelahan dan memintaku air panas kembali untuk diminum, padahal di situ juga ada teman dari Jakarta bergabung, lagi-lagi kami merasa aneh, semua mata tertuju ke Bagus," lanjutnya.

Setelah pendakian, Bagus berpamitan pada rekan-rekannya. Dia turun gunung dengan berlari, Eko meminta Oji untuk mengejar.

Meski jarak tidak terlalu jauh, tapi Oji tetap ketinggalan beberapa langkah. Sesampainya di pos dua, Bagus duduk dan merasa perutnya sakit. 

"Saya kejar dia, tapi jaraknya sering ketinggalan. Aku ngiranya dia pro banget. Dan sampai di pos dua, dia bilang sakit perut, akhirnya aku nawarin tasnya untuk aku gendong, sedangkan Eko menawarkan untuk menggendong Bagus," cerita Oji.

Setelah sampai di basecamp, Bagus bergegas pulang dan berpamitan dengan Oji, Eko, Aldo, dan Aldi. Meski pihak pengelola melarang Bagus pulang di saat waktu Maghrib, namun Bagus bersikeras untuk tetap pulang.

Dua jam berselang, Oji dan kawan-kawan pulang kembali ke Wonosobo. Oji sempat mengatakan untuk melewati jalan kanan, namun anehnya rekan-rekannya justru belok kiri arah Purworejo, kediaman Bagus.

"Saya sama Aldo, saat itu saya ngantuk dan tidur ayam. Saya merasa ini bukan jalan pulang, saat nglakson Eko, mereka bilang jalannya benar. Tapi kok sudah sampai di Alun-alun Purworejo?" lanjut Oji.

Eko pun berniat mengajak Oji dan lainnya menginap dan beristirahat di rumah Bagus, karena lokasi yang dekat. Tiba-tiba mereka terkejut lantaran rumah Bagus dipasang bendera kuning. 

Kategori :