Mitos Larangan Menikah antara Orang Jawa dan Orang Sunda, Misteri di Balik Sejarah Perang Bubat

Kamis 03-08-2023,22:35 WIB
Reporter : Anjarrizqi Tazkiyah Nugrahaini
Editor : Anjarrizqi Tazkiyah Nugrahaini

RADAR TEGAL   –     Mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda merupakan sebuah cerita yang turun temurun dalam budaya nusantara, khususnya di wilayah Jawa dan Sunda.

Mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda ini menyatakan bahwa pernikahan antara orang Jawa dan orang Sunda membawa nasib buruk dan cobaan tak terduga.

Meskipun zaman telah berubah, mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda masih mempengaruhi beberapa orang. Meski demikian, banyak yang telah melampaui batasan tersebut dan berhasil menjalin hubungan harmonis tanpa memedulikan perbedaan etnis.

Berikut adalah informasi mengenai mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda yang dilansir dari kanal YouTube TV kuno oleh Radar Tegal.  

BACA JUGA:Mengungkap Legenda Mitos Kesetiaan Cinta di Pantai Karang Nini Pangandaran

Mitos larangan menikah antara orang Jawa dengan orang Sunda

Kepercayaan orang Indonesia terhadap mitos dibangun dari cerita legenda yang diambil dari kisah para leluhur, cerita rakyat, mitos, dan legenda.

Larangan menikah antara orang Jawa dan Sunda merupakan sebuah kolaborasi antara mitos, cerita rakyat, dan legenda.

Fenomena larangan pernikahan antara orang Jawa dan Sunda merupakan mitos yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa dan Sunda.

Mitos ini berkaitan dengan peristiwa sejarah perang Bubat antara Kerajaan Majapahit, suku Jawa dengan Kerajaan Sunda, suku Sunda yang terjadi di masa lampau.

Asal-usul dan latar belakang tragedi Perang Bubat

Tragedi perang Bubat itu sendiri diperkirakan terjadi di sekitar tahun 1357, pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang didampingi oleh sang Patih Gajah Mada.

Perang Bubat konon dipicu oleh perbedaan pendapat antara Patih Gajah Mada dengan Raja Sunda saat itu, yaitu Prabu Maharaja.

Kisah ini bermula dari seorang putri yang sangat cantik bernama Diah Pitaloka, yang merupakan putri Kerajaan Sunda. Pada waktu itu, dia hendak dijodohkan dengan Raja Hayam Wuruk yang berhasrat untuk menjadikannya sebagai permaisurinya.

BACA JUGA:Mitos Kenapa Cewek Bandung Cantik-cantik Terjawab, Ternyata Ada Hubungannya dengan yang Mereka Makan

Hayam Wuruk, Raja Majapahit, mungkin dengan didasari alasan politik, ingin menjadikan Putri Diah Pitaloka sebagai istrinya. Dia adalah anak perempuan dari Prabu Maharaja Lingga Buana dari Kerajaan Sunda.

Singkat cerita, utusan dari kerajaan Majapahit datang ke kerajaan Sunda untuk menjodohkan dan melamar Tuan Putri Sunda tersebut dalam suatu pernikahan kerajaan.

Perjodohan ini pun menjadi peluang untuk mengikat persekutuan dengan kerajaan Majapahit yang sangat besar pada masa itu.

Namun, Mahapatih Majapahit, Gajah Mada, malah memandang ini sebagai kesempatan untuk menaklukkan Sunda di bawah kemaharajaan Majapahit.

Dia pun bersikeras bahwa Sang Putri tidak akan diangkat menjadi ratu Majapahit, tetapi hanya menjadi selir yang dipersembahkan untuk Raja Majapahit sebagai tanda takluknya kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Majapahit.

Mendengar hal tersebut, Raja Sunda pun amat sangat murka dan merasa dipermalukan oleh tuntutan Gajah Mada ini.

Pertempuran dan tragedi di Daerah Bubat

Pada akhirnya, perbedaan pendapat tersebut menyebabkan terjadinya pertempuran hebat di daerah Bubat.

Dalam pertempuran tersebut, sungguh naas sekali, Prabu Maharaja dari Kerajaan Sunda akhirnya terbunuh.

Sementara, Putri Diah Pitaloka, memilih mengakhiri hidupnya untuk menjaga kehormatan kerajaannya.

Perpecahan dan larangan pernikahan

Setelah kejadian peristiwa yang dikenal dengan perang Bubat itu, pada akhirnya merusak hubungan kedua kerajaan.

Kemudian, Kerajaan Sunda yang kala itu dipimpin oleh Niskala Wastu membuat larangan untuk penduduknya agar tidak menikah dengan orang dari luar kerajaan.

Sebagian besar masyarakat Sunda kala itu menafsirkan aturan ini sebagai larangan untuk tidak menikah dengan orang dari kerajaan Majapahit, alias orang Jawa, yang berakibat munculnya berbagai mitos dan misteri yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini.

BACA JUGA:5 Mitos Malam Jumat yang Masih Ada di Masyarakat, Nomer 3 Bikin Merinding

Sumber sejarah dan landasan mitos larangan pernikahan

Peristiwa perang Bubat ini sendiri bersumber dari historiografi serta babak Kidung Sunda, Serat Pararaton, dan Carita Parahyangan.

Namun, larangan menikah antara orang Sunda dengan orang Jawa masih ramai menjadi perdebatan oleh banyak orang.

Ada yang menganggap mitos, dan ada pula yang menganggap itu sebuah kebenaran.

Namun, menurut sejumlah sejarahwan, larangan tersebut hanyalah mitos belaka karena tidak memiliki landasan ilmiah.

Mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda mengabadikan pesan tentang pentingnya menghargai dan memelihara keragaman budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.***

Kategori :