RADAR TEGAL - Jelangkung atau jailangkung adalah sebuah permainan mistis dari Nusantara yang digunakan untuk memanggil roh atau mungkin iblis. Boneka Jelangkung dibuat dari batok kelapa dan ranting atau kayu.
Permainan Jelangkung menjadi sangat populer, dan banyak orang penasaran mengenai asal-usulnya serta kisah-kisah mistis di dalamnya. Asal-usul istilah "jailangkung" diduga berkaitan dengan kepercayaan tradisional Tionghoa yang sudah punah.
BACA JUGA:5 Mitos Jawa yang Masih Dipercaya sampai Sekarang, Terakhir Paling Serem
Asal usul Jailangkung
Ritual ini melibatkan kekuatan 'poyang' dan 'moyang', yaitu dewa keranjang 'cay lan gong' dan dewa pelindung anak-anak 'cay lan tse'.
Permainan 'cay lan gong' ini adalah bagian dari ritual dan dimainkan oleh anak-anak saat festival rembulan di masa lalu.
Dalam ritual 'cay lan gong', poyang dan moyang dipanggil untuk masuk ke dalam boneka keranjang. Boneka tersebut memiliki tangan yang bisa digerakkan dan diujungnya diikatkan alat tulis. Boneka itu dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci, dan diletakkan di depan papan tulis.
Ketika boneka tersebut terasa semakin berat, itu menandakan bahwa dewa telah masuk ke dalam boneka jailangkung tersebut.
Boneka ini akan mengangguk sebagai respon saat ditanya apakah siap atau tidak untuk ditanyai. Jawaban yang diajukan akan dituliskan di papan tulis yang telah disediakan.
Namun, ritual ini sudah lama punah di Tiongkok dan kembali berkembang di Indonesia dengan nama "jailangkung".
Boneka Jailangkung
Di jailangkung, media yang digunakan untuk menampung dewa yang dipanggil adalah gayung pecinduk air, yang diiringi dengan nyalanya kemenyan dan api.
Ada beberapa kisah lain tentang asal-usul jailangkung, salah satunya adalah versi Jawa yang disebut "nini thowong".
Permainan ini tidak hanya dikenal sebagai permainan anak-anak, tetapi juga dilakukan sebagai upaya desa untuk menolak bala.
Ritual ini dilakukan oleh orang dewasa, terutama di daerah pulau Jawa, dan umumnya dilakukan oleh beberapa masyarakat desa dengan menggunakan orang-orangan sawah sebagai medianya.
Versi Minangkabau
Selain itu, ada juga versi Minangkabau yang disebut 'lukah gilo'. Permainan ini berkembang dalam seni pertunjukkan di desa Lumpo Timur, Kecamatan Ampek Balai Juran, kabupaten Pesisir Selatan.
Pertunjukan ini dimainkan oleh seorang pawang atau dukun, dan melibatkan 1 hingga 4 orang dewasa yang memegang lukah tersebut.
Lukah tersebut akan diisi dengan mantra oleh pawangnya, dan lukah tersebut akan bergerak dengan gerakan yang membuatnya terlihat seolah-olah hidup.
Orang-orang yang memegang lukah tersebut akan terbawa oleh gerakannya yang membuat suasana semakin ramai.
Demikian informasi tentang sejarah jailangkung dengan beberapa versi. Temukan sejarah mistis lainnya, hanya di radartegal.disway.id.(*)