Jadi Tempat Pesugihan? Begini Sejarah Sumur Kembar Jaman Jajahan Belanda di Jembrana Bali

Sabtu 29-07-2023,08:57 WIB
Reporter : Dayu Mila
Editor : Dayu Mila

Berdasarkan cerita simpang siur dari masyarakat setempat, sumur ini merupakan tempat mandi tanpa busana sama sekali untuk melakukan pesugihan atau penglaris.

Stigma pesugihan ini masih terus terdengar sampai sekarang. Meski begitu, pemangku desa setempat sudah membantah bahwa kabar tersebut tidak benar.

Sumur Kembar yang sudah dirawat dan dibangun menjadi Pura bernama Pura Sumur Kembar merupakan tempat penglukadan atau tempat melukad (membersihkan jasmani rohani bagi umat Hindu). Jadi, tempat ini merupakan tempat suci, bukan tempat untuk hal maksiat.

Tempat membersihkan diri dan memohon berkat

Tiap penduduk yang datang ke Pura Sumur Kembar ini harus menaati aturan dan tidak boleh berlaku sembarangan. Sebab, tempat ini merupakan tempat pembersihan diri yang tidak boleh disalahgunakan.

Ketika melakukan pembersihan diri atau melukad dari air sumur ini, penduduk bisa memohon pembersihan diri, pikiran, hati, keselamatan, serta hal-hal baik dalam hidup.

BACA JUGA : Indahnya Toleransi, Ini Dia 5 Kampung Islam di Bali yang Tersembunyi

Banyak juga yang datang melukad ke Pura Sumur Kembar ini untuk memohon jodoh, rejeki yang lancar, hingga kemakmuran hidup.

Dalam ajaran agama Hindu, melukad tidak hanya sebatas membersihkan fisik, namun juga pembersihan secara lahir batin.

Hal ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengikis hal negatif yang ada di dalam diri, serta membuka aura diri sehingga seseorang bisa lebih memahami tentang aspek Ketuhanan.

Melukad ini tentunya hal yang berbeda dari makna pesugihan itu sendiri yang sering beredar pada Pura Sumur Kembar.

Pesugihan merupakan cara memohon dengan jalan yang tidak baik. Pesugihan dilakukan dengan cara apapun demi sesuatu yang instan dan tentunya bersifat sesat karena besekutu dengan makhluk halus.

Sementara, Sumur Kembar merupakan tempat suci yang berhubungan dengan Petilesan Embah Temon atau sering juga disebut Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram. 

Bagi penduduk maupun pengunjung lainnya di luar desa yang sudah melukad, bisa bersembahyang di Petilesan tersebut. 

Embah Tembon ini merupakan seorang sesepuh di Melaya. Sekitar 1954, ia pernah melakukan semedi di Hutan Cekik. 

Saat semedinya, Embah Temon menemukan Sumur Kembar yang kemudian dijadikan sebagai sumber mata air bagi masyarakat setempat di jaman itu.

Kategori :