Filosofi Dibalik Kesenian Sintren dari Cirebon, Tarian Mistis sang Perawan

Kamis 27-07-2023,19:33 WIB
Reporter : Muninggar Setiyo Rini
Editor : Muninggar Setiyo Rini

Pada tahap ini pola-pola sajak yang digunakan oleh para dalang sintren tidak berubah dari sajak-sajak tentang perjuangan, perbedaannya adalah digunakannya ronggeng buyung (penari wanita) pada pertunjukannya yang bertujuan untuk mengelabui penjajah Belanda.

BACA JUGA:Sejarah Singkat Keris Puputan Klungkung: Saksi Bisu dari Kisah Tragis Era Penjajahan Belanda

Tari Magis Sang Perawan

 

Seni tari sintren sendiri mengandung unsur magis sehingga tidak boleh untuk dibuat mainan. Tari sintren ini biasanya dibawakan oleh seorang wanita yang mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam.

Sebelum melakukan tarian ini biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan yang ditutup oleh kain. Tarian ini harus dilakukan perawan yang suci dan tidak sedang menstruasi.

Sang perawan kemudian diikat, lalu dimasukan ke kurungan dengan diiringi nyanyian. Setelah itu pakaian-pakaian khusus akan dimasukan bersamaan dengan sang perawan yang diikat.

Lalu secara magis, saat kurungan dibuka penari sudah terlepas dari ikatan dan sudah mengenakan pakaian khusus serta memakai kacamata hitam.

Setelah kurungan dibuka, para sinden akan menyanyi diiringi gamelan jawa agar sintren tetap menari. Terdapat juga penonton yang melemparkan sesuatu seperti kain kepada sintren.

Mitosnya, setiap orang yang melempar pakaian atau sesuau ke arah sintren dengan meminta harapan.  Maka harapan tersebut akan terkabul.

BACA JUGA:Kabarnya Sering Terdengar di Tegal, Siapa Sebenarnya Sosok Dewi Rantamsari? Cek Kebenarannya Disini

Itulah filosofi dibalik kesenian sintren dari Cirebon. Apapun mitosnya, kesenian ini merupakan salah satu kesenian jawa yang harus dilestarikan.

Kategori :