TEGAL, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Meski wilayahnya cukup terbatas, namun Kota Tegal memiliki sejumlah potensi wisata yang dapat dikembangkan. Itu, antara lain Makam Mbah Panggung, gedung bersejarah dan lainnya.
Untuk bisa mengembangkannya, salah satunya dengan melakukan riset. Selanjutnya, menarasikan sehingga dapat menarik wisatawan untuk bisa berkunjung.
Itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Drs. Abdul Fikri sampaikan usai memberikan sambutan dalam kegiatan pelatihan tata kelola Desa Wisata dan Kampung Tematik, Kamis 20 Juli 2023 siang.
Menurut Fikri, pihaknya tidak sependapat jika ada yang menyampaikan wisata di Kota Tegal hanya seperti itu. Sebab, meski wilayahnya terbatas, namun ada beberapa potensi yang bisa berkembang.
"Karenanya, perlu riset atau penelitian dan menarasikanya agar bisa berkembang. Serta bisa menarik pengunjung,"katanya.
Beberapa potensi itu, kata Fikri, antara lain makam Mbah Panggung. Itu, bisa menjadi wisata religi yang banyak menarik wisatawan dari berbagai daerah.
"Perlu menarasikan, misalnya kenapa namanya Mbah Panggung, sejarahnya dan keterkaitan dengan keraton atau kesultananan mana,"tandasnya.
Contoh lainnya, kata Fikri, adalah tempat ibadah Klentheng Tek Hay Kiong di Tegal. Selama ini, banyak pihak yang fokus hanya pada tempat itu, padahal bangunan di sekitarnya juga memiliki keunikan.
"Hasil riset menunjukkan bangunan sekitar Klentheng hingga Lasem memiliki unsur kesamaan. Itulah, mengapa perlu adanya riset,"tegasnya.
Belum lagi, imbuh Fikri, gedung-gedung bersejarah dan wilayah permukiman etnis, seperti permukiman habaib ataupun pecinan. Karenanya, dia menilai Kota Tegal punya potensi wisata heritage yang bisa berkembang.
"Saya kira memang perlu kajian, Kota Tegal bisa dikembangkan. Karena faktanya di tempat lain, seperti London, Vatikan, itu kecil tapi bisa jadi destinasi wisata,"katanya.
Koordinator Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf RI, Muhammad Nurdin mengatakan bimtek itu, untuk membantu penguatan tata kelola. Sebab, itu menjadi salah satu pilar dalam pengembangan desa wisata atau kampung tematik.
"Selain tata kelola, juga meliputi strategi pemasaran, rencana aksi kedepan, dan menyusun masterplan,"ujarnya.
Melalui kegiatan itu, tandas Nurdin, pihaknya berharap peserta bisa memahaminya. Selanjutnya, bisa menuangkan kepada teman-teman pelaku kreatif lainnya. ***