SLAWI, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Gangguan kesehatan jiwa di masyarakat saat ini mengalami tren peningkatan. Hal ini terjadi pasca pandemi Covid-19 sekarang ini.
Di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, data menunjukkan rata-rata ada 3 sampai 5 pasien setiap bulan. Mirisnya, mayoritas gejalanya muncul di usia remaja.
Selain karena faktor ekonomi, kondisi broken home atau keluarga berantakan menjadi pemicu munculnya gangguan kejiwaan pada remaja. Hal ini seperti diungkapkan Programer Layanan Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Slawi Andi Amirudin Faqih, beberapa hari lalu.
Menurutnya, kasus ODGJ setiap bulan selalu meningkat. Bahkan, saat ini jumlahnya sudah lebih dari 100 orang. Penyebab gangguan jiwa cenderung karena faktor ekonomi.
"Jumlah total ODGJ sebanyak 117 orang. Itu cuma di Kecamatan Slawi saja," kata Andi.
BACA JUGA:117 Orang di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal ODGJ, Diduga Ini Penyebabnya
Selain pendampingan terhadap ODGJ, pihaknya juga sedang melakukan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yakni kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai alat ukur adanya masalah atau gangguan jiwa.
"Kuesioner ini dibuat untuk mendeteksi gejala awal gangguan kejiwaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan, jika pasien menjawab Ya lebih dari 6 nantinya akan diberi konseling lebih lanjut," ujarnya.
Menurutnya, untuk pemberian obat dilakukan setiap sebulan sekali. Sedangkan pengambilan obat bisa diwakilkan keluarganya.
Obatnya tersedia di puskesmas dan RSUD, dengan resep dokter dan gratis menggunakan BPJS.
"Kalau pasien tidak bisa datang, kita yang mengunjungi ke rumahnya," ucapnya saat bersama Keswa lainnya sedang melakukan pendampingan klien ODGJ, di Desa Dukuhsalam Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, Kamis, 14 Juli 2023.
Diketahui, sebanyak 117 orang di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal diketahui tercatat sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Dari jumlah tersebut, ada yang baru pengobatan selama 2 bulan, ada pula yang sudah mencapai 1 tahun.
BACA JUGA:Meski Sarana Terbatas, Sebulan Ada 75 Pasien Gangguan Jiwa Berobat ke Puskesmas Ini
Sementara itu, dalam sebuah penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada menemukan sebanyak 2,45 juta remaja Indonesia didiagnosis gangguan jiwa. Sementara 15,5 juta remaja kesehatan jiwanya terganggu dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Penelitian tersebut dirilis akhir tahun 2022. Dengan angka tersebut, penguatan generasi muda secara jasmani dan mental harus secara serius dilakukan untuk menjamin proses pembangunan sumber daya manusia (SDM) nasional agar menghasilkan generasi yang tangguh dan berdaya saing. ***