Selain itu, Malmström juga menekankan fakta bahwa sebagian besar mahasiswa belum mengetahui adanya aturan ataupun panduan mengenai tanggung jawab penggunaan AI terhadap lembaga pendidikan.
BACA JUGA: Dampak Adanya Artificial Intelligence (AI): Apakah Akan Gantikan Manusia di Masa Depan?
Meski kesenjangan pengetahuan menimbulkan kekhawatiran, sebagian besar responden menentang pelarangan total terhadap alat kecerdasan buatan seperti ChatGPT dalam dunia pendidikan.
Chatbot menjadi pelengkap pembelajaran
Secara umum, mahasiswa memandang chatbot sebagai guru atau mentor yang dapat memberikan bantuan, ringkasan hingga penjelasan.
Para mahasiswa percaya bahwa chatbot harus berfungsi sebagai bantuan untuk melengkapi kemampuan berpikir kritis mereka dibandingkan menggantikannya.
Salah satu mahasiswa mengungkapkan secara singkat yang menyatakan bahwa “Anda seharusnya dapat melakukan hal serupa seperti AI dan AI juga dapat membantu Anda melakukannya. Anda tidak diperbolehkan menggunakan kalkulator apabila tidak mengetahui arti tanda tambah di dalamnya.”
Survei ini mengungkapkan aspek penting dari dampak AI terhadap individu dengan disabilitas. Tidak sedikit mahasiswa dengan kondisi ADHD dan disleksia menyoroti bagaimana alat kecerdasan buatan atau AI memiliki fungsi member bantuan dengan efektif yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan.
Salah seorang mahasiswa menggambarkannya sebagai “Layaknya menjadi buta lalu bisa melihat semua warna yang indah.”
Penemuan
Para peneliti telah menggabungkan survei ini menjadi laporan ringkas yang memiliki tujuan memberikan suara kepada mahasiswa dan member kontribusi pemahaman yang lebih baik mengenai AI dan hubungannya dengan pembelajaran.
Christian Stöhr, seorang profesor yang menjadi bagian dari Department of Communication and Learning in Science menyatakan harapannya dengan hasil survei tersebut menjadi kontribusi yang signifikan dalam bidang AI.
Survei dengan judul “Chatbots and other AI for learning: A survei on use and views among university students in Sweden” yang dilakukan pada 5 April hingga 5 Mei 2023.
Survei ini juga melibatkan partisipasi mahasiswa di semua universitas di Swedia, berkat upaya yang ditargetkan berbagai lembaga pendidikan dan organisasi mahasiswa membuat 5.894 mahasiswa memberikan tanggapan yang berharga.
Penemuan kunci dari survei ini meliputi 95 persen mahasiswa akrab dengan ChatGPT sedangkan kesadaran akan chatbot lainnya relatif lebih rendah.
Sebagian besar mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan chatbot dalam pembelajaran mereka dengan 35 persen secara aktif menggunakan ChatGPT sebagai media penunjang atau pelengkap dalam studi mereka.***