SLAWI, RADARTEGAL.COM - Kondisi sejumlah perusahaan ekspor di Kabupaten Tegal semakin lesu. Bahkan, omzet mereka pun merosot drastis.
Hal itu seiring dengan isu yang gencar soal resesi di Indonesia.
"Semenjak September 2022, omzet kami turun sampai 50 persen," kata Maya, salah satu pimpinan perusahaan garmen di Kabupaten Tegal.
Selama ini, perusahaan garmen yang dikelola Maya, rutin ekspor ke sejumlah negara besar. Seperti Amerika, Eropa, Jepang dan beberapa negara lainnya.
BACA JUGA:Video Buruh di Jateng Tuntut Uang Lembur Viral, Ganjar Pranowo Cukup Bilang Begini
Namun, setelah ada isu resesi, order dari sejumlah negara itupun mulai berkurang. Puncaknya pada akhir 2022 lalu, ekspor terjun bebas.
Praktis, perusahaan garmen yang dikelolanya itu mengurangi jumlah tenaga kerja.
"Pengurangan karyawan sekitar 30 persen," kata General Manager (GM) PT Busana Mutiara Indah Tegal yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat (APKB) ini.
Menurutnya, kendati di Indonesia belum terjadi resesi, tapi pihaknya sudah mulai merasakan.
BACA JUGA:Satu Murid 1 Rekening, Simpel Bank Brebes Budayakan Siswa Gemar Menabung Rp2.000
Hal itu dibuktikan dengan omzet eksportir yang menurun. Saat ini, perusahaannya hanya ekspor ke negara Australia. Padahal, ketika pandemi Covid-19, perusahaannya masih lancar ekspor.
"Dampaknya memang sangat luar biasa. Daya beli menurun dan tidak ada order. Isu resesi benar atau tidaknya, saya tidak tahu, namun kondisi penurunan saat ini saya sudah mengalami sendiri. Untuk karyawan juga yang habis kontrak kita setop dulu," kata Maya.
Hal senada disampaikan GM PT Bintang Karya Indo Gemilang, Ida. Menurutnya, sebelum ada isu resesi, pabrik sepatu yang dikelolanya itu rutin ekspor ke Amerika, Eropa, Asia dan beberapa negara lainnya.
Namun, sekarang eksportir menurun drastis. Bahkan, pihaknya juga mengurangi karyawannya hingga 25 persen.
BACA JUGA:Curi Start Pilkada, PKB Kabupaten Tegal Sudah Siapkan Calon Bupati dan Wakilnya