ECF Brebes itu memang difokuskan untuk menyerap hasil panen bawang merah petani lokal.
"Sebenarnya ECF ini sudah dirintis dua tahun yang lalu. Awalnya, kami hanya menyerap panen bawang merah petani Brebes sekitar 500 kg per minggu, namun sekarang sudah mencapai 12 ton per minggu," ungkapnya.
"Dan saat ini, keberadaan ECF sudah diterima oleh para petani lokal. Dan saat ini, sudah ada enam kelompok tani yang sudah bermitra dan itu bisa terus berkembang," lanjutnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Samsul Widodo menilai, adanya ECF sangat membantu para petani yang mayoritas tinggal di pedesaan.
Ke depan, dirinya berharap Dana Desa (DD) yang diterima tiap desa bisa diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian.
"Misalnya, untuk membenahi irigasi, sehingga hasil pertanian bisa maksimal. Dan kami hadir di sini bersama pendamping desa, dimaksudkan agar para pendamping desa ini bisa menjadi penghubung petani di desa binaannya dengan ECF ini. Mengingat bawang merah yang dibutuhkan ECF masih besar," katanya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Sayuran dan Tanaman Obat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Siti Wahyuningrum mengatakan, kementeriannya mendukung adanya inovasi seperti ECF, karena sebagai off-taker bagi para petani.
"Dan kami berharap ke depan ECF bisa membuka model seperti ini di daerah lainnya," pungkasnya. (ded/ima)