Hadiah Lebaran

Minggu 22-05-2022,08:00 WIB

Hari itu saya tidak menawarkan diri untuk mengemudi. Saya tahu diri. Sang suami lebih mampu. Punya hobi balap mobil. Seperti ayahandanya. Mobil mereka banyak sekali: Bentley, Mercy, Jaguar, Ferrari...entah apa lagi.

"Terima kasih Pak Dahlan. Kalau tidak karena Pak Dahlan kami pun belum akan ke luar negeri," ujar Meiling. "Sudah hampir tiga tahun kami tidak ke mana-mana," tambahnyi.

Sang suami sudah sering mengemudi di jalur Singapura-Kuala Lumpur itu. Juga di banyak jalur di Eropa, Amerika, dan Australia. Saya baru dua kali. Yang pertama naik bus. 40 tahun lalu. Yang kedua bersama Robert Lai. Tujuh tahun lalu.

Kali ini saya ingin mencatat di setiap gerbang tol. Ingin tahu berapa biaya tol dari Singapura ke Kuala Lumpur.

Awalnya saya heran. Di pintu tol pertama tertulis 0 ringgit. Saldo di kartu tol milik Sang suami tidak berkurang.

Di pintu tol berikutnya juga sama: 0 ringgit. Saldo utuh. Oh... Mungkin baru di pintu tol terakhir bayarnya.

Kami pun mampir rest area. Ingin juga menyumbangkan air tubuh saya di Malaysia itu. Agar jangan hanya menyumbang untuk IKN.

Rest area itu sudah berumur lebih 30 tahun. Tidak jreng lagi. Tapi masih tetap terawat. Hanya desainnya sudah terasa kuno. Sudah berumur 42 tahun. Kalah dengan rest area baru di dekat Salatiga, Jateng.

Di rest area itulah saya bertanya pada pengendara lain. Soal 0 ringgit tadi. Jawabnya mengingatkan saya bahwa hari itu adalah hari arus balik. Hari ke-7 setelah Idul Fitri. Liburan sudah habis. Banyak orang yang dulu mudik harus balik ke ibu kota.

Dan hari itu pemerintah Malaysia menggratiskan jalan tol di seluruh negara. Itu bagian dari hadiah Lebaran. Dari negara untuk rakyatnya.

Hadiah Lebaran pertama diberikan sehari sebelum Lebaran dan di hari Lebaran. Tol gratis.

"Wah, kami juga dapat hadiah Lebaran dari pemerintah Malaysia," ujar suami Meiling.

Itu betul. Di pintu terakhir masuk kota Kuala Lumpur tarifnya benar-benar 0 ringgit.

Jarak Singapura-Kuala Lumpur itu hanya 5 jam perjalanan. Itu pun dengan kecepatan disiplin: maksimum 120 km/jam.

Tidak berani lebih dari itu. Apalagi baru saja kami melihat: Lamborghini yang belum lama menyalip kami, terlihat parkir di pinggir jalan. Ada dua polisi yang lagi mencegat Lambo itu.

Tidak banyak beda tol Malaysia ini dengan di Indonesia. Kecuali lebih mulus. Sejak dulu.

Tags :
Kategori :

Terkait