Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana (Unud) Bali, Jumat (22/4) turun ke jalan. Aksi ini melanjutkan gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa Bali yang terus berlangsung dan silih berganti.
Dalam pernyataan sikap tertulisnya, BEM Unud menyuarakan lima poin tuntutan dalam aksi damainya itu.
Pertama, BEM Unud menolak keras wacana kenaikan tarif BBM, LPG 3kg, dan tarif dasar listrik yang dianggap sangat memberatkan masyarakat.
Kedua, pemerintah dituntut untuk serius membongkar praktik mafia minyak goreng yang sampai saat ini masih merajalela.
Ketiga, pemerintah juga diminta segera merealisasikan program bantuan dana bagi pelaku UMKM dan pariwisata.
“Seperti yang telah tertera dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional,” tulis BEM Unud dalam pernyataan sikapnya.
Keempat, BEM Unud juga menolak keras wacana penundaan pemilu serentak 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden.
“Mengutuk keras para pejabat publik yang menggunakan nama rakyat untuk melegitimasi wacana tersebut,” tegas BEM Unud.
Kelima, mengajak seluruh elemen masyarakat Bali untuk bersama-sama menyuarakan keresahannya pada masa pemulihan pascapandemi Covid-19.
Sekitar 100 mahasiswa BEM Unud menggelar aksi unjuk rasa lanjutan di kawasan Lapangan Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Jumat (22/4) sore.
Di depan Museum Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, mahasiswa Unud bergiliran melakukan orasi sambil membentangkan spanduk dan poster.
BEM Unud mengecam kondisi perekonomian saat ini yang terkesan dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah.
Mereka juga mengecam kelakuan oknum pejabat yang membuat kebijakan yang justru menyusahkan rakyat banyak, seperti dikutip dari Fajar.co.id. (ima/rtc)