Red Notes Guntur

Kamis 21-04-2022,08:00 WIB

Baru pada 1960-1962, kedok Palmer terungkap ketika dia tertangkap basah tengah membagikan senjata kepada anak buah pemimpin DI/TII Kartosuwiryo. Ia tepergok di vilanya yang berlokasi di perkebunan teh Gunung Mas, Puncak oleh pasukan Kujang 1 Siliwangi.
Palmer diusir dari Indonesia.

Tapi intel CIA terus beroperasi di Indonesia. Terungkap lagi saat Indonesia sedang berupaya membebaskan Irian Barat (kini Papua).
"CIA menyewa seorang penerbang pengebom B-26 berkebangsaan AS dan mengebom kota Ambon...".  Pilot tersebut adalah Allen Lawrence Pope... kemarahan Bung Karno memuncak".

Setelah itu, 19 Desember 1961, di Alun-alun Yogyakarta, Bung Karno mengumandangkan Trikora untuk pembebasan Irian Barat.

"Boleh dikatakan, saat itu kekuatan Angkatan Perang RI  yang terkuat di antara negara-negara Asia, kecuali China. AURI (sebelum menjadi TNI-AU) dilengkapi beberapa skuadron jet tempur MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan MiG-21 yang berpeluru kendali.

Skuadron pengebom terdiri dari pesawat-pesawat Ilyushin-28 dan pengebom jarak jauh TU-16 dengan berpeluru kendali. Juga skuadron pesawat angkut Antonov dan sebagainya.

Angkatan Laut (AL) dilengkapi alutsista canggih, terdiri dari armada kapal perang jenis korvet, kapal perusak (destroyer), dan penjelajah RI-Irian, sebagai kapal bendera (flagship), termasuk 12 kapal selam".

"Korps Komando Operasional (KKO) AL bahkan dilengkapi tank-tank amfibi PT-76 dan peluncur roket berlapis Katyusha".
Pesawat Pope itu pun berhasil dijatuhkan tentara Indonesia.

"Meskipun dapat menyelamatkan diri dengan parasutnya, Pope ditangkap pasukan TNI di sekitar Ambon. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia kemudian diseret ke Pengadilan Militer di Jakarta dan dijatuhi hukuman mati".

Guntur pun lantas menulis sisi kemanusiaan Bung Karno.

"Sebelum eksekusi dilaksanakan, istri Pope datang ke Jakarta dan menemui Bung Karno dengan menangis tersedu-sedu agar suaminya diampuni dan diberi grasi.

Bung Karno yang tak tahan melihat air mata wanita, akhirnya memberikan grasi dan pengampunan kepada Pope. Namun, Bung Karno memberi syarat. Pope harus menghilang dari muka umum di AS tanpa publikasi sama sekali".

"Selain itu, Bung Karno meminta pemerintah AS mengganti kebebasan Pope dengan membangun sebuah jalan bebas hambatan di Jakarta. Jalan itu dikenal sebagai Jakarta Bypass yang pada 1960-an merupakan jalan paling mulus di Indonesia. Kini, jalan itu dikenal dengan nama Jalan Gatot Subroto".

Beruntung Guntur mau menuliskan semua itu. Termasuk tidak menutup-nutupi sikap BK yang mudah terharu. Di tulisan itu Guntur masih mengungkap operasi intelijen yang lebih seru lagi.

"... yang paling spektakuler adalah saat menyelinapnya seorang agen wanita CIA yang mengaku mahasiswi AS yang tengah tugas belajar dan mempelajari budaya Indonesia. Ia berhasil masuk ke lingkungan keluarga Bung Karno di Istana Merdeka. Seperti yang saya ceritakan dalam buku Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku (1977), mahasiswi itu berwajah cantik, dada montok, pinggul ranum, paha dan betis serta kulitnya kuning tanpa berbintik-bintik."

Cewek bule yang kecantikannya seolah milik "Ken Dedes""bisa disebut sempurna (perfect)"nyaris mengobrak-abrik NKRI dari dalam Istana dan keluarga Bung Karno".

Guntur begitu rinci menuliskan sosok wanita muda itu. Ia pun berusaha mengingat-ingat siapa namanyi. Sampai ia menulis naskah itu ia belum berhasil mengingatnya kembali.

Tags :
Kategori :

Terkait