Sifat dari bitcoin adalah pseudonym, bukan anonym, artinya segala transaksi yang dilakukan dapat direkam dan dilacak. Sehingga, transparansi informasi dari sistem Bitcoin dapat terjamin. Menurut Oscar Darmawan, CEO dari PT Bitcoin Indonesia, karena sifatnya yang transparan, segala kegiatan illegal dari seseorang dapat dideteksi.
Pelaku kejahatan dalam Bitcoin dapat dilacak melalui blockchain (catatan transaksi umum bersama) dari sistem. Transaksi Bitcoin tidak memiliki anonimitas yang diberikan oleh transaksi tunai.
Seperti ada catatan sejarah permanen dan lengkap tentang jumlah Bitcoin dan identitas terenkripsi untuk semua transaksi di sistem Bitcoin yang dapat dilacak secara potensial.
Blockchain adalah sebuah teknologi yang stabil dan tengah berkembang. Blockchain sendiri merupakan bank data digital yang terhubung dengan kriptografi dan telah teruji sulit untuk diretas. Meskipun terkesan aman, blockchain tetap tidak ada otoritas yang mengontrolnya.
Suatu saat terjadi kesalahan atau kejahatan, tidak ada otoritas yang bertanggung jawab. Masalah yang muncul kemudia berkaitan dengan ranah hukum.
Konstruksi operasional blockchain ada di dalam kode program komputer. Sementara hukum berarti mengeluarkan kode atau etik untuk manusia atau korporasi. Blockchain menggunakan kode program sebagai hukum untuk operasional internal bisnis mereka.
Melihat sifat cryptocurrency yang masih imbang antara sisi negatif dan positifnya, beberapa negara menerapkan regulasi yang berbeda terkait legalitas penggunaan mata uang digital ini di dalam negaranya. Para trader dan investor tradisional mulai beralih pada cryptocurrency karena kinerja mata uang kripto ini yang semakin naik.
Data yang dirilis CNBC pada akhir tahun 2017 menyatakan bahwa Ripple Coin (XRP) melesat 4000 persen di enam bulan pertama tahun 2017 dan sekarang masuk ke dalam 30 exchanges di seluruh dunia.
Nah, apakah cryptocurrencies saat ini dapat dilihat sebagai infrastruktur baru, infrastruktur pintar yang dibutuhkan perekonomian global untuk terus tumbuh dan berkembang di 2090 atau justru sebaliknya, hanya sebatas gelembung ekonomi atau tipu-tipu saja?
*) Dosen FEB UPS Tegal