Pernyataan pendeta Saifuddin Ibrahim yang membawa nama Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam sebuah video disayangkan Kementerian Agama (Kemenag).
Sebelumnya pendeta Saifuddin Ibrahim melalui tayangan video yang kemudian viral, berulangkali menyampaikan sejumlah hal terkait situasi kehidupan keagamaan di Indonesia kepada Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Dia menyinggung masalah kurikulum pesantren dan mengaitkannya dengan radikalisme, serta mengusulkan menghapus 300 ayat Alquran. Merespons hal tersebut, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Thobib Al Asyhar menegaskan Menag Yaqut tidak kenal dengan pendeta Saifuddin Ibrahim.
"Selama ini tidak pernah ada pertemuan resmi antara Gus Menteri (Menag Yaqut) dengan Pendeta Saifuddin," kata Thobib dikutip dari laman Kemenag, Rabu (16/3).
Dia juga tidak menemukan dalam buku catatan tamu terkait agenda pertemuan Menag Yaqut dengan Pendeta Saifuddin. Menurut Thobib, Menag Yaqut tidak pernah mendengar apa yang diklaim pendeta Saifuddin berulangkali dikatakan kepada Menag.
Thobib menyayangkan pernyataan pendeta Saifuddin yang sudah tersebar di publik. Dia menilai apa yang disampaikan Pendeta Saifuddin terkait pesantren dan ayat Alquran itu salah.
“Tidak pada tempatnya Pendeta Saifuddin mengeklaim pesantren melahirkan kaum radikal," ucapnya.
Menurut Thobib, Pendeta Saefuddin lupa bahwa Menteri Yaqut terlahir dari lingkungan pesantren dan juga keluarganya memiliki pesantren. Tentu saja Menag tidak setuju dengan pernyataan Pendeta Saifuddin.
Sebab, Menag bahkan menjadikan kemandirian pesantren sebagai salah satu program prioritasnya. Thobib juga menilai pernyataan Pendeta Saifuddin tentang ayat-ayat Alquran itu salah.
Alquran adalah kitab suci yang diyakini sempurna oleh umat Islam. Tidak pada tempatnya tokoh agama mengeluarkan statement terkait kitab suci umat lain, apalagi dengan cara yang bisa menyinggung.
Gus Menteri, kata Thobib, selama ini terus mengajak tokoh agama untuk tidak menyampaikan pendapat, apalagi di muka umum, yang bukan menjadi kompetensinya. Para tokoh agama, termasuk pendeta Saifuddin, mestinya lebih mengedepankan usaha untuk merajut kerukunan.
“Gus Menteri selama ini terus mengajak tokoh agama menjaga kerukunan,” terang Thobib.
Kementerian Agama tambahnya, sedang terus berupaya meningkatkan kualitas kerukunan antarumat beragama, antara lain melalui program penguatan moderasi beragama. Statement Pendeta Saifuddin tidak sejalan dengan program Gus Menteri dalam memimpin Kemenag.
“Saya melihat, apa yang dilakukan Pendeta Saifuddin justru bisa mengganggu kerukunan antarumat dan upaya menguatkan moderasi beragama,” pungkasnya. (jpnn/zul)