Dianggap melawan secara agresif, dr Sunardi yang ditembak mati Detasemen Khusus (Densus) 88 karena dituding sebagai terduga teroris ternyata dikenal sebagai sosok dengan fisik yang lemah.
Menurut informasi yang beredar, kondisi terakhir dr Sunardi sedang menderita sakit stroke.
Para kerabat dr Sunardi lain sempat melayat, mengakui almarhum yang juga penulis buku itu, selalu menggunakan mobil pribadi karena kakinya sedang sakit.
Bahkan ada sejumlah warganet yang ikut memberikan kesaksian, jika kondisi terakhir dr Sunardi memang tidak sedang dalam kondisi yang sehat.
Hal itu terungkap dari unggahan sejumlah tangkapan layar yang dimuat akun Twitter @maspiyuaja, pada 11 Maret 2022.
"Bertahun-tahun beliau sholat saja selalu sambil duduk pakai kursi.Naik mobil disopiri. Kira-kira bagaimana cara beliau melawan petugas? malem-malem pula," tulis tangkapan layar yang diunggah.
"Lha dokter Sunardi kan punya keterbatasan fisik, gimana cara beliau melawan.. Ya Allah, berilah belasan pada yang zhalim dengan keras dan segera," unggahan tangkapan layar lainnya.
"Pak Dokter itu kaki bermasalah, berdiri aja susah, jalan pakai tongkat," tangkapan layar lainnya.
Dokter Sunardi dikenal sebagai pejuang kemanusiaan dan penulis buku. Para tetangga juga mengakui jika dr Sunardi sering lakukan pengobatan gratis.
Sementara di media sosial, simpati dam doa kepada dr Sunardi terus berdatangan. Bahkan tagar #savedrSunardi jadi trending topik.
Dikutip dari Fin.co.id, pihak Mabes Polri menyebut jika tindakan detasemen khusus atau Densus 88 yang menembak mati dr Sunardi merupakan tindakan terukur.
Poliis juga mengklaim, penembakan tersebut harus dilakukan karena dr Sunardi melawan secara agresif.
"Adapun saat penangkapan saudara SU melakukan perlawanan terhadap petugas secara agresif," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan. (ima/rtc)