Habib Rizieq Bilang Penistaan Agama Menag Yaqut Biadab dan Lebih Parah dari Ahok

Minggu 27-02-2022,06:00 WIB

Pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas yang dianggap membandingkan suara toa masjid dengan gonggongan anjing membuat Habib Rizieq Shihab (HRS) marah.

Kemarahan mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu lantaran menilai pernyataan Menag lebih parah dibandingkan penistaan agama oleh mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pesan tersebut disaungkapkan HRS melalui pengacaranya, Aziz Yanuar. “Penodaan agama Menag Yaqut lebih parah dibandingkan Ahok. Ini tak boleh dibiarkan,” kata Aziz dalam keterangannya, Sabtu (26/2).

Bahkan HRS, ungkap Aziz, menganggap penodaan agama yang dilakukan Menag Yaqut sudah sangat biadab. “Penodaan agama yang dilakukan Menag sangat biadab dan amat fatal.”

Sebelumnya saat berada di Gedung Daerah Provinsi Riau, Rabu (23/2) lalu, Menag Yaqut menilai suara-suara toa masjid dan musala selama ini adalah bentuk syiar. Namun, jika dinyalakan dalam waktu bersamaan, akan menimbulkan gangguan.

“Yang paling sederhana lagi, kalau kita hidup dalam satu kompleks, misalnya. Kiri, kanan, depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya menggonggong dalam waktu bersamaan, kita ini terganggu nggak? Artinya apa?” katanya.

“Suara-suara ini, apa pun suara itu, harus kita atur supaya tidak jadi gangguan. Speaker di musala-masjid silakan dipakai, tetapi tolong diatur agar tidak ada terganggu,” lanjutnya.

Ia kemudian meminta agar suara toa diatur waktunya. Jadi niat untuk syiar tidak menimbulkan gangguan masyarakat.

“Agar niat menggunakan speaker sebagai untuk sarana, melakukan syiar tetap bisa dilaksanakan dan tidak mengganggu,” tandasnya.

Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas pun akhirnya memberikan klarifikasi usai heboh ‘azan dan gonggongan anjing’. Gus Yaqut (panggilan akrab Menag) hanya tidak ingin umat Islam sewenang-wenang kepada umat beragama lainnya.

Menag Yaqut menjelaskan pernyataannya itu dimaksudkan agar suara adzan yang dikumandangkan melalui toa atau pengeras suara, tidak mengganggu masyarakat yang bukan beragama Islam.

“Saya hanya berusaha sekuat saya, menahan agar agama tidak menjadikan manusia sewenang-wenang terhadap manusia lain, mentang-mentang besar, banyak, kuat,” ujar dia, Kamis (24/2) malam.

Sosok yang akrab disapa Gus Yaqut itu menyebut, ada kesalahan penafsiran makna ucapannya dalam berbagai pemberitaan media massa. Hal itu pula yang kemudian memicu kegaduhan di tengah masyarakat.

Dia mengaku, selama ini mendapatkan masukan bahwa masyarakat bisa mentolerir adanya suara adzan. Padahal, sambungnya, sejatinya juga banyak diprotes masyarakat di luar umat Islam.

Sayangnya, judul pemberitaan gagal memaknai pesan kerukunan agar tidak saling mengganggu diantara manusia itu tidak tersampaikan dengan baik. (zul/rtc)

Tags :
Kategori :

Terkait