Setelah Adam Castillejo asal Inggris dan Timothy Ray Brown asal AS sembuh dari penyakit HIV, kini ada seorang nenek yang juga dikabarkan sembuh. Wanita 64 tahun di Amerika Serikat (AS) itu menjadi orang ketiga di dunia yang sembuh dari HIV.
Luar biasanya lagi, tak hanya menderita HIV, nenek itu juga merupakan seorang pengidap leukimia (kanker darah). Nenek itupun menjadi perempuan pertama di dunia yang sembuh dari HIV.
HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Para peneliti, Selasa (15/2) lalu, melaporkan kasus yang dialami wanita dari ras campuran itu juga menjadi kasus pertama dari pengobatan yang melibatkan cord blood atau darah tali pusat.
Nenek AS itu belum dipublikasikan identitasnya. Ia sembuh dari penyakit itu, setelah menerima transplantasi sel punca (stem cell) dari donor yang secara alami resisten terhadap HIV penyebab AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
Ini adalah pendekatan baru yang dapat membantu penyembuhan lebih banyak orang di masa depan. Sejak menerima cord blood untuk mengobati leukemia myeloid yang diidapnya, perempuan itu kini telah dalam proses remisi (berkurangnya gejala penyakit) dan bebas dari HIV selama 14 bulan terakhir.
Selama proses tersebut, dia tidak memerlukan pengobatan HIV yang selama ini dikenal dengan terapi antiretroviral. Untuk diketahui, leukimia myeloid adalah jenis kanker yang dimulai pada sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang.
Sebelumnya, dua mantan pengidap HIV yang sembuh menjalani prosedur transplantasi stem cell dengan menerima sel induk dewasa yang ering digunakan dalam transplantasi sumsum tulang.
“Sekarang ini adalah laporan ketiga dari penyembuhan di rangkaian ini, dan juga jadi perempuan yang pertama yang hidup dengan HIV,” ungkap Presiden terpilih International AIDS Society, Sharon Lewin, dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters, Rabu (16/2).
Temuan tersebut menjadi bagian dari studi yang dipimpin Dr Yvonne Bryson dari University of California Los Angeles (UCLA), dan Dr Deborah Persaud dari Johns Hopkins University di Baltimore.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati 25 pasien HIV yang menjalani transplantasi dengan sel punca yang diambil dari darah tali pusat untuk pengobatan kanker dan kondisi serius lainnya.
Pada tahap percobaan pertama, pasien menjalani kemoterapi untuk membunuh sel-sel kekebalan kanker. Dokter kemudian melakukan transplantasi sel induk dari individu dengan mutasi genetik tertentu di mana mereka kekurangan reseptor yang digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel.
Penelitian ini menunjukkan bahwa elemen penting untuk keberhasilan penyembuhan adalah transplantasi sel yang resistan terhadap HIV.
Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa efek samping transplantasi sel induk umum yang disebut graft versus host (sistem kekebalan donor menyerang sistem kekebalan penerima) berperan dalam kemungkinan penyembuhan.
“Secara keseluruhan, ketiga kasus penyembuhan setelah transplantasi sel induk ini semuanya membantu mengungkap berbagai komponen transplantasi yang benar-benar kunci penyembuhan,” pungkas Lewin. (day/rm/zul)