Dugaan adanya disharmoni hubungan antara Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar dengan Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf semakin santer.
Ini setelah Muhaimin Iskandar atau Cak Imin tidak hadir di pelantikan pengurus PBNU, Gus Yahya di Kalimantan Timur, Senin (31/1). Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, Senin (31/1) malam.
Analisa Dedi, realitas politik ini akan merugikan politisi yang karib disapa Cak Imin itu. Sebab, Nahdlatul Ulama (NU) adalah basis elektoral PKB dari pemilu ke Pemilu.
Dedi melihat, kerugian politik akan makin mengkhawatirkan posisi Cak Imin, jika ternyata situasi disharmoni bersifat personal.
Antara Cak Imin dan Ketua umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang merupakan kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang juga politisi PKB.
“Ini (disharmoni) semestinya merugikan bagi Muhaimin, karena NU selama ini penyumbang mayoritas suara,” jelasnya.
“Lebih mengkhawatirkan lagi jika situasi ini bersifat personal, semisal adanya upaya mengkerdilkan Muhaimin dalam keluarga PBNU,” demikian analisa Dedi.
Ketidakhadiran Cak Imin memunculkan spekulasi karena Ketua PBNU Amin Said Husni menyatakan bahwa dalam pelantikan PBNU periode 2022-2027 seluruh Ketua Umum Parpol diundang.
Meski demikian, Cak Imin tidak hadir.
Bahkan informasi yang dihimpun redaksi, hingga saat ini belum ada pernyataan terbuka dari Cak Imin mengucapkan selamat Gus Yahya yang berhasil menumbangkan Ketua umum petahana Said Aqil Siroj.
Selama kepemimpinan Said Aqil, hubungan antara PKB dan PBNU nampak sangat mesra.
Dua periode kepemimpinan KH Said Aqil dipandang sebagai puncak kemesraan politik dan berdampak elektoral bagi PKB di Pemilu 2019. (rmol/zul)