Gundah Garuda

Rabu 29-12-2021,08:00 WIB

Sore itu saya lihat ada tiga pesawat asing yang menempel di belalai terminal: Qatar, Saudi, dan satu lagi tidak terlalu jelas. Senja sudah lebih gelap.

Maka ketika saya memasuki terminal 3 lampu-lampu sudah menyala. Sepanjang koridor yang panjang itu semua iklannya sama: G20, Indonesia, 2022. Indonesia memang menjadi presidensi G20 sekarang ini –20 negara dengan GDP di atas USD 1 triliun. Bangga.

Terminal 3 ini masih terasa begitu baru. Begitu besar. Begitu bersih. Dengan hiasan-hiasan dinding yang berkelas. Banyak karya seni dan kreasi di situ. Semua menarik untuk foto-stop.

Itulah terminal besar yang dibangun secara khusus: untuk menempatkan Garuda lebih terhormat dibanding perusahaan penerbangan mana pun. Waktu itu yang kita pikirkan Garuda, Garuda, Garuda. Harus mengalahkan Singapore Airlines setidaknya pun hanya di satu bidang.

Boleh dikata Angkasa Pura habis-habisan mengerahkan dana, agar Garuda yang mendapat nama.

Maka sepanjang langkah menyusuri terminal 3 saya banyak mendongak: siapa ya yang akan "memiliki" terminal 3 ini nanti?

Pun kalau Garuda masih bisa selamat. Terminal ini masih terlalu besar untuk Garuda –setidaknya untuk 10 tahun ke depan.

Ataukah ini akan menjadi "milik" Pelita Indonesia? Yang izin penerbangan berjadwalnya sudah keluar? Yang segera mendatangkan 40 pesawat dari luar negeri –dengan tarif sewa lebih murah dari Garuda?

Pesawat itu, bahkan, sebagian sudah ada di Jakarta. Masih polos. Belum dicat warna Pelita. Juga belum ada logo apa-apa.

Sampai keluar bandara perasaan saya masih gundah gulana. (*)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar melalui http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Tags :
Kategori :

Terkait