Haruki mengatakan pemulihan lahan di Desa Pesarean dilakukan KLHK secara bertahap. Sedikitnya, hingga saat ini masih ada 14 ribu ton limbah B3 yang masih menumpuk di Desa. Rencananya, di 2022 dan 2023 mendatang limbah-limbah itu akan dipulihkan kembali.
Haruki merinci sejak 2017 lalu, KLHK sudah memulihkan lahan di Desa Pesarean seluas 700 meter persegi dengan jumlah limbah 15 ton. Sedangkan di 2021, lahan yang dipulihkan seluas 2.855 meter persegi dengan jumlah limbah 3.300 ton.
Dia tak memungkiri di Desa Pesarean masih ada limbah B3 yang belum dipulihkan sebanyak 14.780 ton. Rinciannya, 8.653 ton limbah berada di lahan seluas 2.428 meter persegi dan 6.127 ton di lahan seluas 3.466 meter persegi.
“Pemulihan ini kita fokuskan pada dumpsite area selatan II dengan pengerukan atau pengangkatan limbah B3 dan tanah yang sudah terkontaminasi hingga tanah dasar menjadi bersih,” terang Haruki.
Sedangkan di 2022 nanti, lanjut Haruki, KLHK akan fokus pada pemulihan area selatan I dan dilanjutkan di area utara pada tahun berikutnya.
Haruki mengungkapkan 3.301 ton tanah mengandung limbah B3 yang berhasil diangkat KLHK di area selatan II Desa Pesarean diangkut ke PT. Purwakarta Jaya Sejahtera untuk digunakan sebagai substitusi bahan baku pembuatan batako dan bata tahan api.
Haruki menambahkan upaya pemulihan lingkungan dari pencemaran logam berat, tidak hanya sebatas pada penanganan limbahnya. Melainkan juga sampai pada pemulihan kondisi lingkungan dan perekonomian warganya sampai pada tahapan terbangun kemandirian desanya.
Untuk mencapai itu, konsep kolaborasi dari pemerintah pusat seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, dunia usaha, BUMN, pemerintah daerah dan masyarakat sangat diperlukan.
Menurutnya, dengan menguatnya fungsi kawasan Desa Pesarean sebagai destinasi wisata akan membantu mempercepat proses alih profesi warganya. Yakni yang semula masih berkecimpung di usaha pengecoran logam ke profesi lain yang ramah lingkungan.
Untuk itu, KLHK berencana menata kawasan permukiman di Desa Pesarean menjadi destinasi wisata eko budaya. “Dari tiga lokasi rencana pemulihan, nanti kita ambil prioritas di mana yang sudah dilakukan ada di Desa Pesarean yang dekat dengan destinasi wisata (religi dan budaya),” ucap Haruki.
Haruki berharap Pemkab Tegal bisa segera menyelesaikan rencana pengelolaan di Desa Pesarean, yang dinilainya memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Pihaknya juga berencana membangun museum limbah untuk menjaga fungsi lingkungan, sekaligus media edukasi warga bahwa di kawasan tersebut pernah terkontaminasi limbah B3 dan berhasil dipulihkan.
Menyoroti lokasi kedua di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Kebasen, Haruki mengutarakan, perlunya komitmen kuat dari kepala daerah. Tujuannya agar fungsi sebagai tempat relokasi pelaku usaha pengecoran logam, tidak berujung pada sekadar pemindahan masalah.
Sebelumnya, Bupati Tegal Umi Azizah mengungkapkan jika Pemkab Tegal sudah berupaya merelokasi sejumlah pelaku usaha pengecoran logam rumahan di Desa Pesarean sejak tahun 2009 ke PIK Kebasen. Namun, Umi mengakui, masih terdapat kendala pada penataan kawasan yang menampung sekitar 70 pelaku usaha tersebut.
Karenanya, Umi mengharapkan, kehadiran KLHK mampu bersama-sama Pemkab Tegal menuntaskan persoalan limbah B3. Bupati menegaskan siap mendukung pelaksanaan kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi B3 di Desa Pesarean.
“Meski ada keterbatasan, kami akan berupaya maksimal memanfaatkan sumber daya yang ada supaya persoalan pencemaran limbah bisa tertangani dengan baik hingga tuntas,” janji Umi.
Umi pun memandang penting pemulihan lahan tersebut. Pasalnya, lokasi dumpsite atau pembuangan limbah terdapat objek wisata religi dan situs cagar budaya Makam Amangkurat I.